Era pandemi Covid-19,Universitas Yarsi (UY) bersama Rumah Sakit Yarsi (RS.Yarsi), kembali mempublikasikan seputar covid-19 dari RS Yarsi lewat webinar.Sejumlah dokter terlatih penanganan Covid-19 turut berbicara.
Dokter spesialis Paru RS Yarsi, Dr. Andika Chandra Putra, Sp.P(K), Ph.D mengatakan, data Covid-19 varian Delta pada periode Januari hingga Agustus 2021, terdapat peningkatan signifikan. Karakteristik pasien Covid-19 di periode tersebut didominasi para lansia, dari usia 50 sampai 60 tahun.
Data kasus Covid-19 periode Januari hingga Agustus 2021, terdapat 136 pasien meninggal dari total 1.457 pasien. “Bulan Juni dan Juli menjadi puncak meningkatnya kasus kematian pasien Covid-19.” ujar dokter Andika
Lebih spesifik dokter spesialis paru ini menerangkan, pasien keluhan respirasi mendominasi symptoms at admission dengan presentasi mendekati 81% di periode Januari sampai Juni. Begitu juga pada periode Juli sampai Agustus dengan presentasi 89%.
71,3% pasien meninggal umumnya memiliki keluhan batuk, sesak napas, dan demam. Karena hal ini, RS.Yarsi tentunya akan menganalisis lebih lanjut untuk mengetahui apakah keluhan tersebut menjadi predictor atau tidak.
Penyebab kematian di RS. Yarsi sekitar 68,4% disebabkan gagal napas. Hal ini sudah dilihat dari trend awal dimana hampir 81% pasien di RS.Yarsi memiliki keluhan respirasi. “Termasuk juga dengan 25,7% disebabkan penyakit jantung,” ungkap dokter Andika
Terkait anak, proporsi kasus konfirmasi Covid-19 pada anak usia 0-18 tahun mencapai 12,5%. Artinya, 1 dari 8 kasus konfirmasi Covid-19 adalah anak-anak dan tingkat kematian pada usia tersebut mencapai 3-5%. Kasus nasional pada usia anak-anak memiliki kasus positif sebesar 14%, dirawat 14,5%, dan meninggal sebesar 1%.
Faktor pemicu peningkatan kasus Covid-19 pada anak di RS.Yarsi kebanyakan disebabkan karena tertular dari keluarga terpapar, berada di lokasi kerumunan bersama keluarga, serta kepatuhan protokol kesehatan belum maksimal. Demikian ucap staf pengajar kedokteran Universitas Yarsi Dr. Elsye Souvriyanti, Sp. A,
Selanjutnya, dilihat dari klasifikasi klinis Covid-19, paling sering ditemukan di RS.Yarsi gejala ringan dengan ciri gejala saluran cerna, demam, dan batuk. Kemudian gejala sedang dengan ciri tanda klinis pneumonia.
Dokter Elsye menyampaikan bahwa Covid-19 pada anak berbeda dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan beberapa hal, seperti imunitas kuat, aktivitas anak cenderung lebih sedikit dibanding dewasa, dan kebanyakan anak-anak memiliki regenerasi sel lebih baik dibanding dewasa.
Selama merawat pasien anak di RS.Yarsi, dokter Elsye menyatakan Covid-19 pada anak sebagian tanpa gejala, anak-anak berpotensi sebagai sumber penularan. Karena itu tetap waspada akan terjadi lonjakan kasus Covid-19 pada anak,” pesan dokter Elsye..
Selain dokter Andika dan dokter Elsye, turut juga bicara Direktur Medis RS. Yarsi Dr. Andi Erlina membawakan materi manajemen rumah sakit dalam penanganan peningkatan kasus Covid-19 di RS.Yarsi dan dokter spesialis patologi klinik RS. Yarsi, dokter Syukri Bahri membawakan materi apakah CT-Values rendah bermaknadalam penanganan Covid-19. sementara pembicara dari luar Yarsi ada dokter Yout Savitri mewakili Dirjen Pelayanan Kemenkes, menyampaikan bagaimana prespektif pemerintah dalam penanganan covid-19 dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI, dokter Widyastuti memaparkan penanganan covid-19 di Jakarta.
Webinar seputar covid-19 dari Yarsi terasa istimewa, karena adanya perhatian Gubenur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan memberikan sambutan.
Anies, sapaan akrab pak gubenur menyatakan, terima kasih atas terselenggaranya webinar bertema vaksin, CT values dan resiko anak. Kami sangat mengapresiasi karena berada didalam lingkaran pengambil keputusan, terus mengandalkan kepada temuan-temuan sains .
Menurut Anies , Jakarta didalam menangani Covid-19 , selalu mengutamakan 3 langkah , satu transparansi, kedua mengandalkan data dalam semua pengambilan keputusan, ketiga merujuk kepada pendekatan saintifik dari para ilmuan.
Kini dalam menyelesaikan masalah masalah terkait pandemi Covid-19 Pemeritahan Provinsi DKI Jakarta menggunakan ilmu pengetahuan, gunakan keterbukaan dan gunakan data,” ujar mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Selanjutnya, Anies berharap webinar ini menjadi kesempatan tukar gagasan, tukar pengalaman dan seminar ini berorientasi kepada solusi untuk bisa dimanfaatkan oleh kami-kami ini berada di dalam lingkar pengambilan keputusan, karena kebijakan-kebijakan dibuat berdasarkan bahasan dari para pakar.
Kemudian seminar ini jadi kesempatan saling belajar , saling tukar pengalaman dan bukan saja membahas aspek theoriticalnya tapi juga kepada aspek aplikasinya, pada aspek penyelesaian masalahnya.
“Kita menyadari persis , pandemi ini belum selesai. Karena itu dibutuhkan lebih banyak lagi ilmu pengetahuan yang bisa menjadi rujukan dalam melakukan navigasi di minggu-minggu kedepan, bulan-bulan depan. “Insya Allah pandemi bisa lewat,” tutup Anies
Penulis: Anissa , Dimas & anggun