Webinar Literasi dan Pop Culture Sebagai Strategi Nasional Dalam Peningkatan Budaya Literasi

Prodi Perpustakaan dan Sains Informasi Universitas YARSI bekerja sama dengan ATPUSI (Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia) menggelar webinar bertema “Literasi dan Pop Culture” pada Kamis, 9 Juni 2022. Webinar kali ini menghadirkan tiga narasumber, yakni Ahmad Fuadi (Penulis dan Novelis Trilogi Novel Negeri 5 Menara), Muhammad Ihsanudin (Ketua Umum ATPUSI), dan   Maryani Koswara (Kepala Perpustakaan Sekolah Victory Plus Bekasi). Jalannya diskusi dipandu oleh moderator, Elfitri Kurnia Erza, yang juga merupakan dosen milenial Prodi Perpustakaan dan Sains Informasi Universitas YARSI. Kegiatan ini selain merupakan realisasi kerja sama MoU (antara Universitas YARSI dan ATPUSI) sekaligus memperingati HUT ATPUSI ke-13. 

Pada kesempatan kali ini, Prof. Fasli Jalal, P.hD, selaku rektor Universitas YARSI, dalam sambutannya menekankan pentingnya budaya literasi menjadi budaya bangsa. Karena bangsa yang maju adalah bangsa yang menjunjung tinggi budaya literasi. Fasli Jalal juga meyampaikan komitmen dan dukungan penuh terhadap program untuk memajukan budaya literasi melalui kerja sama dengan ATPUSI.  

Kegiatan  webinar ini dihadiri sekitar 700 peserta yang terdiri dari dosen, guru, pustakawan, pemerhati pendidikan, mahasiswa, pelajar, dan dinas perpustakaan dan kearsipan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Materi yang relevan dengan kondisi saat ini, serta pembawaan materi para narasumber yang menarik, membuat para peserta sangat antusias mengikuti acara webinar dari awal hingga akhir.  

A. Fuadi menyampaikan bahwa perlunya penerapan literasi di sekolah menjadi bagian dari  pop culture siswa-siswi di Indonesia. Musik, film, pameran buku, merupakan turunan dari bahan bacaan yang ada. Peran pustakawan diperlukan untuk turut berinovasi menyusun program perpustakaan sekolah yang dapat merangkul remaja agar semakin dekat dengan budaya literasi seperti dengan penyelenggara kegiatan yang menyenangkan sebagian bagian dari pop culture serta memanfatkan media yang aman dan nyaman  dalam mempengaruhi dan meningkatkan budaya literasi di kalangan remaja. Ihsan selaku narasumber kedua juga menambahkan agar tidak memusuhi atau anti terhadap budaya luar seperti (K-Pop, dsb.). Namun, justru perlu mempelajari strategi dan cara budaya luar bisa mempengaruhi pop culture remaja di berbagai bidang. Sehingga ke depan identitas nasional dan budaya literasi yang menjadi pop culture dapat semakin tertanam di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya para remaja. Selain itu, guru dan pustakawan diharapkan mampu mengembangkan hasil bacaan (literasi) dalam membuat karya-karya menarik, seperti musik, film, dll. Pada sesi narasumber ketiga, Ibu Ani menyampaikan bahwa para pustakawan sekolah dapat  memilihkan  buku bacaan dan  tentang buku-buku literasi yg bermutu dan menyenangkan. Pustakawan juga diharapkan semakin memahami jenis-jenis bahan bacaan milineal, kekinian dengan berbagai bentuk media. Sehingga dengan koleksi yang beragam, lengkap dan diminati para pemustaka, pustakawan dapat lebih kreatif menyusun program literasi sebagai bagian dari pop culture. Selain itu, Ani juga menyampaikan pentingnya kolaborasi antara pustakawan dengan guru kelas, dan bahkan orang tua. 

Terakhir, para narasumber memberikan pernyataan bersama bahawa guru dan pustakawan sekolah memegang peran penting dalam menumbuhkan  budaya literasi dan identitas nasional agar menjadi pop culture di kalangan remaja, sehingga  memperkuat jati diri bangsa. (Ichoer)

Dokumentasi acara