Universitas Yarsi (UY) menerima Surat Keputusan (SK) Pendirian Program Studi (Prodi) Spesialis Kedokteran Keluarga Layanan Primer (SKKLP) dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi diserahkan lewat Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah III (LLDikti III) DKI Jakarta, kemarin
SK tersebut diserahkan Kepala LLDikti Wil III Dr. Ir. Paristiyanti Nurwardani, MP. di Kantor LLDikti III DKI Jakarta, diterima Rektor Universitas Yarsi, Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D, Menyaksikan penyerahan Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Yarsi, Prof. dr. Rika Yuliwulandari, M.Hlt.Sc., Ph.D., Sp.KKLP., Wakil Dekan I FK-UY dr. Miranti Pusparini, M.Pd(Ked)., dan Dr. dr. Erlina Wijayanti, MPH.
Dekan FKUY menyatakan, setelah menerima SK Prodi SKKLP Universitas Yarsi segera akan mensosialisasikan kepada masyarakat tentang berdirinya prodi dan akan dibuka penerimaan mahasiswa baru Februari 2023.
Alumnus Master dan doktor dari Jepang mengungkapkan, Universitas Yarsi sangat siap melaksanakan Prodi SKKLP. Kini UY memiliki 9 SPKKLP dan 15 pembimbing klinis. Sarana prasarana juga sangat memadai di kampus maupun wahana rumah sakit pendidikan. Rumah sakit(RS) pendidikan utama adalah RS Yarsi, sedangkan RS jejaring adalah RS Muh Ridwan Meuraksa. Untuk wahana pendidikan ada Puskesmas Kecamatan Kemayoran dan Klinik Yarsi.
Prof Rika menjelaskan, Universitas Yarsi mengajukan permohonan prodi SKKLP tahun 2020. “Alhamdulillah dua tahun sudah terima SK,” seru Bu Dekan FKUY
Selanjutnya Prof Rika menerangkan kehadiran spesialis ini di Indonesia atau di kota besar memperkuat layanan primer dengan mengedepankan diagnosis holistik (menyeluruh), paripurna, dan layanan berkesinambungan. Tak lupa Pelayanan Spesialis Dokter Keluarga Layanan Primer berupaya membina keluarga dan berorientasi komunitas. “Karenanya dapat mengisi kesenjangan pelayanan di tingkat primer,”tutur Guru Besar FKUY
Menurut Prof Rika, dari nilai keekonomian tentu saja kehadiran SKKLP menguntungkan. Apabila penanganan pasien mengedepankan manajemen penyakit secara mandiri, akan mengurangi pembiayaan kesehatan. Sebagai contoh penderita diabetes mellitus. Pasien bahkan keluarga perlu memiliki pengetahuan, sikap, dan perilaku mendukung pengelolaan penyakit. “Di sini dokter keluarga sangat berperan,” tutup Ibu Dekan berhijab. (usman)
Can you be more specific about the content of your article? After reading it, I still have some doubts. Hope you can help me.