Mendidik karakter tak bisa mendadak, maka perlu disadari bahwa pendidikan karakter sangat penting bagi setiap orang dan harus dimulai sejak usia dini. Merupakan suatu kewajiban bagi para orang tua, guru, dosen, dan tenaga kependidikan, serta masyarakat senantiasa menanamkan nilai-nilai karakter yang baik terhadap anak, sebab di tangan merekalah nasib bangsa ini menjadi hebat atau sebaliknya di masa yang akan datang.
Berangkat dari hal di atas, Universitas YARSI (UY) bekerjasama dengan Kodepena (Komunitas Dosen Penulis dan Peneliti Indonesia) menyelenggarakan Webinar: “Pentingnya Pendidikan Karakter dalam Membangun Bangsa yang Hebat dan Berakhlak Mulia” pada hari Selasa, (27/7/2021) secara virtual dan live streaming YouTube di YARSI-TV.
Pendidikan karakter memiliki fungsi dasar untuk mengembangkan potensi seseorang agar dapat menjalani kehidupannya dengan bersikap baik. Secara umum, fungsi dari pendidikan karakter di sekolah/perguruan tinggi adalah untuk membentuk karakter dan kepribadian seseorang sehingga menjadi orang yang memiliki nilai moral yang tinggi, tinggi toleransi, berperilaku baik, dan berakhlak mulia. Guru dan dosen adalah penanggung jawab terbentuknya siswa yang akan menjadi manusia dewasa di kemudian hari.
Acara ini dimulai dengan sepatah kata dari ketua panitia webinar Dr. Kholis Ernawati, S.Si., M.Kes. (Dosen Fakultas Kedokteran dan Magister Sains Biomedis UY) menyampaikan peserta yang mendaftar sebanyak 561 orang yang 51 persen dari mereka adalah guru dan selebihnya terdiri dari mahasiswa, dosen, dan orangtua.
“Sampai saat pembukaan yang sedang berlangsung, tercatat lebih dari sebagian pendaftar yang hadir pada acara kita kali ini,” kata Dr. Kholis.
“Kepada semua peserta saya ucapkan selamat mengikuti Webinar, semoga kita dapat mengambil segala manfaatnya. Mewakili panitia, kami mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyelenggaraan Webinar ini,” ucap Dr. Kholis.
Alumni Doktoral (S-3) Universitas Indonesia bidang Ilmu Lingkungan ini juga mengucapkan terima kasih para pembicara yaitu selaku opening speech oleh Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D. (Rektor UY) dan Dr. Hj. Rani Siti Fitriani, S.S., M.Hum. (Ketua Umum DPP Kodepena/Dosen Pascasarjana Universitas Pasundan).
Demikian pula dengan narasumber antara lain: Prof. Dr. H. Nurul Huda, S.E., M.M., M.Si. (Wakil Rektor IV UY) berjudul ”Model Pendidikan Perspektif Islam”; Dr. Ir. B. M. A. S. Anaconda Bangkara, M.T., M.S.M. (Universitas Presiden; Kodepena Jabar) “Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi Menyikapi Kemajuan Teknologi”; Sulfitri Husain, S.IP., MA. (Universitas Tadulako: Kodepena Sulawesi Tengah) “Membangun Karakter Bangsa Melalui Budaya Disiplin”; Dr. Gugun Gunardi, M.Hum. (Unpad Bandung; Kodepena Jabar) “Pelatihan Soft Skill Mahasiswa Sebagai Bagian Pendidikan Karakter Mahasiswa”; Dr. (Cand) Andrew Shandy Utama, SH., MH. (Universitas Lancang Kuning, Riau, Kodepena Riau) “Pendidikan Karakter Pancasila dan Rasa Cinta Tanah Air”; dan Dr. H. Masduki Duryat, M.Pd.I (IAIN Syekh Nurjati Cirebon; Kodepena Jabar) “Jalan Terjal Membangun Karakter Peserta Didik di Era Pandemi”; serta dipandu Usman S.Sos, Mlkom. sebagai moderator, Ferinaldy, S.Pi., M.M sebagai MC, dan Iman Almunandar, S.Psi. selaku Host.
Rektor UY dalam sambutannya mengatakan pendidikan karakter sudah sejak lama dibahas, seperti di masa Aristoteles. Pada saat moral education menjadi wacana besar di dunia, Thomas Lickona salah satu pakarnya mengatakan bahwa pendidikan karakter itu diperlukan pengetahuan tentang karakter, sikap atau empati terhadap karakter atau nilai-nilai kebaikan, keinginan untuk mencoba dan membiasakannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga terinternalisasi menjadi habit (kebiasaan).
Kalau ini bisa kita lakukan, kata Prof. Fasli Jalal, maka knowing the good (mengetahui mana yang baik atau tidak) atau amar makruf nahi mungkar (dalam agama Islam merupakan sebuah perintah untuk mengajak/menganjurkan hal-hal yang baik dan mencegah hal-hal yang buruk bagi masyarakat) dijadikan suatu kebiasaan dan menjadi karakter sejati yang bersangkutan.
“Menurut beberapa pakar, dalam pembentukan karakter sangat diperlukan communities of character yang maksudnya tidak mungkin seorang anak akan memiliki karakter yang baik kalau tidak lengkap komunitas masyarakat yang bisa membentuk karakternya,” jelas Prof. Fasli Jalal.
Dijelaskan pula unsur-unsur communities of character tersebut, pertama, karena seorang anak itu lebih banyak berada di rumah, maka para orang tua, pengasuh, keluarga inti, dan keluarga besar adalah pembentuk karakter anak yang utama. Kedua, pada saat seorang anak memasuki jenjang pendidikan sekolah mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga ke jenjang-jenjang berikutnya yang mana ada guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, dan lain-lain adalah bagian communities of character yang sangat menentukan.
“Sangat dikhawatirkan, hal-hal yang sudah dibangun di rumah diharapkan tidak tergerus oleh hal-hal kurang baik yang secara diam-diam terjadi di sekolah. Justru sebaliknya, nilai-nilai yang dibangun di sekolah membantu apa-apa yang sudah terbentuk di rumah, karena sekolah merupakan the highest social order,” ujar Prof. Fasli Jalal.
“Oleh sebab itu, dalam pembentukan karakter anak, seharusnya terjadi suatu sinergi yang baik antara saat anak di rumah dan di sekolah,” tambah Prof. Fasli Jalal.
Ketiga, sebagaimanapun kuatnya pendidikan karakter yang sudah dibangun di rumah dan di sekolah akan tergerus pula apabila tidak didukung oleh kebiasaan-kebiasaan baik di lingkungan masyarakat sekitar anak tumbuh. Diharapkan, jangan sampai terjadi pembiaran terhadap kebiasaan-kebiasaan buruk di masyarakat yang akan merusak karakter anak.
“Hal itu akan membingungkan anak, maka dari itu perlu adanya konsistensi antara kebiasaan-kebiasaan baik di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. Sungguh disayangkan apabila ada perbuatan anak di rumah dan di sekolah yang dilarang, tapi di masyarakat hal itu diperbolehkan atau dibiarkan,” terang Prof. Fasli Jalal.
“Pendidikan karakter anak adalah perjuangan seumur hidup, mulai dari buaian sampai ke liang kubur. Pepatah sudah mengatakan, jika ingin mengukir sesuatu, maka ukirlah di atas batu, niscaya akan abadi dan tak akan pupus sampai ribuan tahun lamanya,” pungkas Prof. Fasli Jalal mengakhiri.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Kodepena dalam sambutannya menjelaskan Webinar ini merupakan penyelenggaraan Bincang Ilmiah #3 Kodepena yang kali ini bekerja sama dengan Universitas YARSI. Dr. Rani merasa bersyukur peserta yang mengikuti secara online berasal dari segenap penjuru tanah air, dari Sabang sampai Merauke.
“Kami merasa bersyukur dan berharap ke depan Kodepena akan menyelenggarakan bincang ilmiah atau webinar yang akan melibatkan para guru, dosen, dan terbuka juga untuk umum dari seluruh Indonesia,” harap Dr. Rani.
Dr. Rani juga berbagi informasi tentang keberadaan Kodepena yang berdiri sejak bulan November 2020 adalah sebuah komunitas para dosen, penulis, dan peneliti Indonesia yang sudah legal atau berbadan hukum. Tujuannya adalah untuk menjalin silaturahmi, saling mendukung para anggota agar memiliki karya-karya tulis, baik berupa buku, jurnal atau bincang ilmiah seperti acara pada hari ini.
“Bagi hadirin yang punya karya tulis ilmiah, silakan mengirimkannya ke redaksi jurnal Kodepena. Kami memiliki dua jurnal ilmiah yaitu Jurnal Sociohumaniora dan Jurnal Teknosains. Selain itu, Kodepena juga menerbitkan buku-buku dari output bincang ilmiah dan buku-buku bunga rampai dengan tema yang beragam dari semua multidisiplin,” papar Dr. Rani.
“Kami berusaha memfasilitasi kebutuhan guru-guru dan dosen-dosen agar memiliki karya dengan biaya yang sangat terjangkau,” tutur Dr. Rani.
Di samping kegiatan-kegiatan di atas, disampaikan pula selama masa pandemi, Kodepena telah melakukan kegiatan-kegiatan sosial membantu dan mendorong masyarakat agar tetap berperilaku hidup sehat. Di antaranya telah membagi-bagikan ribuan masker, APD (Alat Pelindung Diri), dan sarung tangan plastik yang dilakukan oleh para relawan Kodepena dari Aceh sampai Papua kepada masyarakat yang membutuhkan. Demikian pula membagikan makanan-makanan siap saji, sembako, susu, dan lain sebagainya untuk korban banjir di Bandung Selatan, serta banyak lagi kegiatan-kegiatan sosial yang sudah diperbuat Kodepena. Semua itu dilakukan sesuai dengan Visi-Misi, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga maupun Kode Etik Kodepena yakni di samping menjalin silaturahmi antar sesama akademisi juga menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan berakhlak mulia. (ART)
“Universitas YARSI, Islami dan Berkualitas”