Masyarakat Baduy belum mengerti soal stunting, tapi mereka tahu bahwa anak-anak perlu mengonsumsi makanan bergizi. Apa mereka ngerti stunting? Kalau bicara stuntingnya ya tentu belum. Tapi kalau harus makan gizi seimbang, bergizi, air bersih ,itu sudah . ”Alhamdulillah mayoritas sudah mengetahui .” terang dosen Sekolah Pascasarjana Universitas Yarsi(SPS-UY), Dr.Dicky Budiman, B.Med.,MD.,MScPH., Ph.D (Doktor Dicky) saat pengabdian kepada masyarakat (PKM) di Suku Baduy,Kampung Ciboleger, Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak.Banten. Minggu,22 Desember 2024.
Doktor Dicky menambahkan, stunting tidak hanya bicara soal makanan, tapi juga sanitasi baik ,mandi cuci kakus(MCK), tidak buang air besar (BAB) di kebun atau di sungai.” Ini masih jadi pekerjaan rumah tentu.”tutur Pakar Ketahanan Kesehatan (SPS-UY)& CEPH Griffith.
Lebih lanjut Alumnus Master Sains Epidemiologi Universitas Griffith ,Australia mengatakan, selain persoalan MCK, masyarakat Baduy juga masih menghadapi masalah pendidikan. Pasalnya, mereka tidak sekolah, tidak belajar membaca atau menulis. Ini akan menghambat akses mereka pada informasi tentang makanan sehat itu apa dan lain sebagainya.
Tidak mengenyam pendidikan menjadi salah satu alasan mengapa masyarakat Baduy rentan mengalami stunting.Misalnya, terkait juga dengan penggunaan air sungai.
Doktor Dicky tak memungkiri,air sungai di Baduy bersih, tapi tetap memerlukan proses yang baik jika hendak dikonsumsi.
Penanggung jawab PKM menjelaskan, airnya relatif bersih ya kalau di sungai. Tapi kalau untuk dikonsumsi mereka harus tahu bagaimana menanak yang benar. Ketika musim hujan kalau keruh bagaimana, ini kan perlu satu pendidikan yang berkelanjutan.
Tentu tidak bisa mengandalkan pemerintah saja, tapi juga mereka sendiri harus punya kemampuan mengakses informasi atau pengetahuan itu,” papar Doktor Dicky
PKM SPS-UY mencakup pemeriksaan kesehatan gratis, pemberian makanan tambahan (PMT), dan penyuluhan 100 Keluarga Berisiko Stunting (KRS) di komunitas Suku Baduy.
Pengabdian ini dalam rangka mendukung upaya Sustainable Development Goals (SGDs) dan percepatan penurunan stunting di Provinsi Banten.
Kami harap aksi ini memberikan dampak positif bantu pemerintah turunkan angka stunting, khususnya di Kabupaten Lebak sebagai daerah tertinggi,35,5 persen hasil survei kesehatan Indonesia (SKI) 2023.
Kegiatan tersebut dapat terus dilanjutkan dan dapat direplikasi semua elemen di masyarakat. ”Aksi ini upaya bersama wujud dari pentahelix mengentaskan stunting dari Provinsi Banten,” tutup Doktor Dicky.
Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Lebak, Tuti Nurasiah mengatakan, penanganan stunting, inflasi dan kemiskinan ekstrem melalui sistem keroyokan sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing.
Tuti mengakui penanganan stunting, inflasi dan kemiskinan ekstrem 2024, mengalami penurunan dibandingkan sebelumnya.
Berdasarkan hasil intervensi serentak November 2024 terhadap balita di Kabupaten Lebak sebanyak 109.498 balita, terealisasi sekitar 4,07 persen atau 4.452 balita teridentifikasi stunting, sedangkan akhir tahun 2023 sekitar 4,8 persen.
Beragam program telah digulirkan untuk menjadikan anak-anak Lebak lebih sehat dengan tumbuh kembang yang baik. Program tersebut dikelompokkan dalam intervensi gizi spesifik serta intervensi gizi sensitif, pada 2024, dialokasikan dana Rp184,58 miliar.
Untuk menurunkan angka stunting, inflasi dan kemiskinan ekstrem. Pemerintah Kabupaten Lebak berkolaborasi dengan berbagai pihak. ”Terima kasih kepada Universitas Yarsi telah membantu pelayanan kesehatan masyarakat dan pencegahan stunting,” tutup Tuti.
Perwakilan BKKBN Provinsi Banten menyambut baik kolaborasi ini dan berharap kegiatan serupa diteruskan dan direplikasi berbagai elemen masyarakat sebagai upaya bersama mengatasi stunting di Banten.
Aktivitas pengabdian masyarakat SPS-UY dukung SDGs dan percepatan penurunan stunting di Provinsi Banten, bekerja sama dengan Telkom Regional 2 sukses digelar (Usman)