Rektor Universitas YARSI, Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D. menjadi salah seorang Pembicara Kunci (Keynote Speaker) pada 3rd International Conference of Child Research Network Asia (CRNA) – Child Research Net (CRN) yang berlangsung selama tiga hari (25-27 September 2019) di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). CRNA sendiri sebelumnya telah sukses menggelar dua kali konferensi yang sama di Shanghai, China (2017) dan Tokyo, Jepang (2018).
Prof. Fasli Jalal mengatakan, saat ini permasalahan stunting di Indonesia sudah menjadi persoalan nasional di mana prevalensi stunting di tingkat provinsi masih sangat tinggi. Hal tersebut disampaikan saat memberikan pemaparan yang berjudul “No Child Left Behind Stunted: Indonesia’s Challenge” (Kamis, 26/09/2019) dengan moderator Prof. Miwako Hoshi, seorang peneliti dari Jepang.
Lebih lanjut Prof. Fasli Jalal menguraikan bahwa terdapat 2 (dua) provinsi di Indonesia memiliki prevalensi stunting di atas 40%, 18 provinsi antara 30-40%, 23 provinsi 20-30%, dan hanya DKI Jakarta yang memiliki prevalensi stunting di bawah 20%.
“Dampak stunting sangat mengkhawatirkan akan kualitas sumberdaya manusia Indonesia di masa datang, hal ini harus segera diatasi” ujar Prof. Fasli Jalal.
Kalau tidak ditanggulangi, menurut Prof. Fasli Jalal berdasarkan Riskesdas 2018, maka 7 (tujuh) juta anak Indonesia terancam kehilangan IQ 10-15 poin dan akan terlambat masuk sekolah, serta memiliki prestasi akademik lebih buruk. Selain itu, mereka cuma bisa meraih pendapatan 20% lebih rendah di usia kerja karena kehilangan 1% tinggi badan akibat stunting yang berhubungan dengan kehilangan 1,4% produktivitas. Kemudian direct cost penanganan malnutrisi mencapai $20-30 milyar pertahun dan Indonesia akan kehilangan potensi GDP 2-3%, serta kemiskinan antar generasi akan semakin buruk.
“Oleh sebab itu, jangan ada lagi anak-anak Indonesia yang stunting. Hal ini adalah sebuah tantangan dan pemerintah kita sangat serius dalam upaya penanggulangan masalah ini, Menteri Keuangan kita Sri Mulyani pernah mengutarakan bahwa tidak ada istilah kurang dana untuk stunting,” kata Prof. Fasli Jalal menirukan.”
Pada kesempatan itu, Prof. Fasli Jalal menjelaskan ada 3 (tiga) kunci sukses dalam program pencegahan dan penanggulangan stunting. Pertama, data penderita stunting di tingkat Posyandu mutlak diperlukan berdasarkan nama dan alamat dari keluarga penderita. Kedua, profil dari keluarga yang punya anak stunting atau keluarga yang beresiko untuk melahirkan anak stunting perlu dibuat. Profil ini berisi informasi yang diperlukan oleh berbagai program dari berbagai kementerian dan lembaga untuk secara konvergen menjadikan keluarga tersebut sebagai prioritas sasaran. Ketiga diperlukan kepemimpinan dari kepala desa dan perangkat desa untuk mengkoordinasikan masuknya program-program gizi spesifik dan dan gizi sensitif agar secara konvergen jatuh di keluarga prioritas.
Selain Rektor UY, konferensi internasional ini menghadirkan beberapa Keynote Speaker dari luar negeri (Asia dan Amerika) seperti Prof. Yoichi Sakakihara (Japan) ‘Quality of Life of Children’, Prof. Telma Mingao (Filipina) ‘Cultivating Wellbeing through Inclusive Education’, Prof. Aminah Ayob (Malaysia) ‘STE(A)M in Early Childhood in Malaysia’, Prof. Sachiko Kitano (Japan) ‘How can we visualize children’s development and learning through free plays activities?’. Prof. Khaty Hirsh-Pasek (USA) ‘A Prescription for Play: Why play fosters social and cognitive development’ dan Prof. Roberta M. Golinkoff (USA) ‘What New in Language Development and Why Should We Care?’ Sementara dari dalam negeri yaitu Ir. Harris Iskandar, Ph.D (Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, dan Pendidikan Masyarakat).
Tidak hanya itu, pada acara ini juga digelar workshop dan presentasi oleh Prof. Sih Tsung Chang (Taiwan) ‘Play with Paper’ yang sangat menarik perhatian peserta. Prof. Junko Takaoka (Jepang) dengan presentasi ‘Nurturing Children’s Social and Emotional Skills Improve Learning: A Longitudinal Studi in Japan’ dan menampilkan seorang presenter dari Indonesia Mitha Tira Rotua Tobing (Quality Impact Director – Wahana Visi Indonesia) ‘The Role NGO to Improve Child Well-being’.
Kegiatan yang dilaksanakan oleh CRNA ini bekerjasama Universitas Negeri Jakarta dan didukung oleh PT. Benesse Indonesia dengan program Kodomo Challenge yang akan banyak berdiskusi dengan para akademisi di wilayah Asia terkait pengasuhan anak, kesejahteraan anak dan pendidikan anak usia dini.
“CRNA mendorong pengembangan pertukaran akademisi di berbagai negara dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan anak-anak, memperbaiki lingkungan bagi tumbuh kembang anak dan mencapai kesejahteraan anak-anak,” kata Prof. Yoichi Sakakihara, Director CRNA.
Child Research Network Asia (CRNA) adalah jaringan yang diluncurkan oleh Child Research Net (CRN) pada tahun 2016 dalam mencari solusi untuk berbagai masalah yang melibatkan anak-anak di Asia. Anggota dewan organisasi ini terdiri para ahli dari berbagai negara seperti Indonesia, Jepang, Cina, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, dan Thailand.
CRN sendiri merupakan sebuah lembaga penelitian nirlaba, berbasis internet. Tujuannya untuk bertukar informasi dan pengetahuan tentang anak-anak dengan berbagai para ahli dan peneliti di seluruh dunia. CRN menggali bagaimana caranya agar anak-anak memperoleh kebahagiaan dari perspektif biologis dan sosial dari “Ilmu Anak” interdisipliner. Para ahli yang terlibat berasal dari berbagai latar belakang pengetahuan seperti kedokteran, pendidikan, psikologi perkembangan, ilmu otak dan banyak lagi yang peduli pada kesejahteraan anak-anak.(ART)
“Universitas YARSI, Islami dan Berkualitas”