Tekan Adiksi Internet, Gunakan Teknologi Tepat Guna

Peningkatan penggunaan teknologi di masa pandemi Covid-19 sesuatu tidak dapat dihindarkan. Meskipun hal ini baik dalam mempercepat digitalisasi, namun hal ini juga membawa berbagai risiko. Penggunaan internet berlebih menjadikan kita lebih rentan terhadap adiksi.

Adiksi internet adalah adiksi perilaku dapat merusak komponen otak dengan tingkat keparahan besar. “ Kondisi ini masih sangat tidak dipahami masyarakat,”ujar Rektor Universitas Yarsi, Prof.dr. Fasli Jalal,Ph.D dalam webinar Mengenal Internet Addiction di Masa Pandemi, kemarin

Menurut Prof Fasli ,Adiksi Internet adalah sebuah bentuk gangguan atau penyakit sirkit rasa senang (brain reward) yang menyebabkan disfungsi otak dan termanifestasi biologik, psikologik, dan sosial. Adiksi ini memiliki tingkat keparahan menyebabkan gangguan kognitif, emosi dan perilaku. “Seseorang yang mengalami adiksi akan kehilangan kontrol atas penggunaan internetnya karena fungsi otaknya sudah terganggu,” terang Penasihat Cyberpsychology Indonesia

Prof. Fasli, sebagai penggiat pendidikan,memiliki concern tinggi mengenai dampak teknologi mengatakan, penggunaan teknologi harus seiring pengetahuan akan dampaknya. Tidak bisa take it for granted.

Harus meningkatkan kewaspadaan terhadap penggunaan teknologi atau lebih bijak menggunakan teknologi merupakan cara menekan angka adiksi internet di Indonesia yang terus meningkat terutama pada masa pandemi covid-19.

“Gunakan teknologi tepat guna dan tidak berlebih, karena apapun berlebih pasti tidak baik,” nasehat Prof .Fasli,

Selain WakilMenteri Pendidikan Nasional tahun 2010, pembicara lain dalam webinar ini,Ilmuan Cyberpsychology Anisa Ifana,S.Psi,Msc.

Anisa mengatakan seseorang dinyatakan terkena  internet addiction mempunyai banyak ciri.  Memiliki keinginan terus menerus menggunakan internet.Merasa tidak nyaman saat tidak berinternet, misalnya menjadi cemas marah-marah ataupun sedih.Penggunaan internetnya semakin meningkat dari waktu ke waktu.Sulit diganggu ketika menggunakan internet. “parahnya mengabaikan orang disekitar dan tidak menyahut ketika dipanggil berkali-kali,” tutur Anisa,

Selanjutnya,selalu gagal ketika berusaha mengatur penggunaan internet meskipun sudah mencobanya berkali-kali. Kehilangan minat akan kegiatan lain. Sering mengunci diri atau menjauh dari orang lain ketika mengakses internet. “Bagi anak sekolah cirinya tetap menggunakan internet meskipun tugas sekolah atau pekerjaan terbengkalai,” seru Anisa

Master of Science in Cyberpsychology  Universitas Nottingham Trent University (NTU) menambahkan, ciri lainnya jika terkena  internet addiction, mulai memiliki konflik dengan orang sekitar. Membohongi keluarga, teman, dan guru mengenai kegiatan bermain internet dan bermain internet sebagai pelarian mengalihkan perasaan tidak nyaman

Jangan takut, internet addiction di masa pandemi bisa dicegah.caranya,  batasi penggunaan internet seperti menggunakan timer/alarm, menjadwalkan . Menggunakan Internet pada waktu sudah dijadwalkan. Perbanyak olahraga, lakukan meditasi sederhana seperti  mindfulness,

Kemudian  perbanyak interaksi dengan orang serumah, temukan hobbi baru (offline). Hindari penggunaan gadget 2 jam sebelum tidur , manfaat lainnya mencegah efek bluelight pada layer dapat mengganggu pola tidur dan menyebabkan insomnia.  “Hindari membawa gadget ke kamar tidur,”pesan Anisa founder Cyberpsychology Indonesia

Masih menurut Anisa, jika intensitas penggunaan internet sudah tinggi karena pekerjaan sekolah, maka kegiatan leisure atau entertainment sebaiknya offline seperti berkebun, bermain musik dan lainnya

Anisa Ifana,satu dari 2 orang Indonesia pertama  lulus dari jurusan Cyberpsychology peraih gelar magisternya dì Inggris. Cyberpsychology Indonesia adalah pusat pelayanan adiksi internet, kini sudah berusia  2 tahun.