Plan International Indonesia (Plan Indonesia) menggelar malam apresiasi 50 tahun kiprahnya memberikan ‘Kanaga Award’, yaitu sebuah penghargaan kepada individu maupun institusi yang telah mendukung dalam upaya untuk mewujudkan kesetaraan hak anak, terutama anak perempuan. Acara dengan tema ‘Journey for Equality’ ini secara resmi dibuka oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X yang diwakili oleh putri pertamanya Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi.
Rektor Universitas YARSI, Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D. selaku Dewan Pembina Plan Internasional Indonesia mendapat kehormatan (Jumat, 20/09/2019) menyerahkan Kanaga Award kepada Zudan Arif Fakrullah, Direktur Jendral Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kementrian Dalam Negeri. Sedangkan empat orang penerima penghargaan berikutnya ialah Sri Sultan Hamengkubuwono X diwakilkan kepada GKR Mangkubumi, Abdul Hafidz (Bupati Rembang), Jonatan Christie (Atlet Bulu Tangkis), Selia Narwasti Nangi (PT BTPN dan Pejuang Hak Anak di Sumba Timur) masing-masing diserahkan oleh pengurus Plan Indonesia lainnya.
Prof. Fasli Jalal di suatu kesempatan menjelaskan bahwa Plan International adalah sebuah organisasi pembangunan dan kemanusiaan independen yang berkarya di 71 negara di seluruh dunia, yang meliputi Afrika, Amerika dan Asia bertujuan untuk memajukan hak anak dan kesetaraan bagi perempuan. Plan Indonesia mengawali debutnya di Yogyakarta pada 1969, kini sudah menyebar di 7 (tujuh) provinsi. Saat ini sedikitnya ada 36.000 anak dampingan Plan Indonesia, khususnya anak perempuan di Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Setelah berkarya memperjuangkan hak anak di Indonesia selama 50 tahun, saya berharap ke depan akan lebih banyak lagi menjagkau daerah-daerah untuk didampingi oleh Plan Internasional Indonesia,” kata Prof. Fasli Jalal.
“Selain itu, bagi derah-daerah yang sudah selesai mendapat pendampingan Plan Internasional Indonesia, agar dilanjutkan oleh pemerintah daerah setempat supaya perjuangannya tidak terhenti,” tandas mantan Wakil Menteri Pendidikan Nasional itu.
Senada dengan itu, Dini Widiastuti, Direktur Eksekutif Plan International Indonesia mengungkapkan pada 2017 Plan International Indonesia bertransformasi menjadi Yayasan Plan International Indonesia. Perubahan ini bertujuan untuk menjangkau lebih banyak anak dan anak perempuan di Indonesia. Selain itu, perubahan ini juga bertujuan untuk kemitraan jangka panjang dan penggalangan sumber daya yang lebih luas untuk dampak pembangunan yang berkelanjutan.
“Karena kami ingin anak-anak perempuan, terutama di Indonesia dapat menikmati kesempatan yang setara untuk pendidikan, pekerjaan, dan hal lainnya. Sehingga mereka dapat lebih berdaya,” ungkap Dini saat memberikan kata sambutan di acara tersebut.
Pada malam apresiasi ini, Plan Indonesia turut menggandeng sejumlah anak dampingannya maupun organisasi anak yang menjadi mitra kerja untuk terlibat dalam acara. Diantaranya, Galatia Patrisius (anak dampingan Plan Indonesia di NTT), dan anak-anak dari Glowing Star, organiasi anak disabilitas.
Lebih lanjut Dini menjelaskan pekerjaanya masih belum selesai dan masih banyak pekerjaan rumah yang menjadi tanggung jawab bersama. Diantaranya permasalahan perkawinan usia anak, dan juga tinginya persentase penganggur usia muda. Untuk itu, dukungan kemitraan dari berbagai pihak menjadi hal mutlak.
“Kami tidak dapat bekerja sendiri, tapi memerlukan kemitraan untuk dapat bersama-sama memenuhi ambisi-ambisi pembangunan dan memenangkan bonus demografi,” tutup Dini.
Selain itu, Seniman cilik Jaimee Maulana yang berusia 12 tahun turut ambil bagian dalam perhelatan ini. Bersama anak-anak dan kaum muda berbakat dampingan Yayasan Plan International Indonesia, Jaimee membuat karya kolaborasi. Desain kolaborasi tersebut mengangkat tema kesetaraan anak-anak perempuan dan diimplementasikan dalam bentuk kaos, totebag, payung, dan scarf untuk tujuan penggalangan dana public yang dilukis oleh anak-anak berkebutuhan khusus.
“Aku senang bisa sama-sama membuat gambar dan hasilnya digunakan untuk membantu anak-anak juga,” jelas Jaimee.
Pada kesempatan yang sama, Yayasan Plan International Indonesia menggerakkan Girls Fund, sebuah inisiatif pendanaan publik untuk kepentingan anak perempuan yang terpinggirkan. Girls Fund memiliki 3 (tiga) fokus area dalam pendanaan, yaitu: beasiswa (Girls School), dukungan pendanaan untuk kelompok organisasi kaum muda untuk pemberdayaan perempuan (Girls Initiatives), dan dukungan pembangunan infrastruktur untuk anak-anak terpinggirkan, khususnya perempuan (Safe Space for Girls).(ART)
“Universitas YARSI, Islami dan Berkualitas”