Rektor Universitas YARSI, Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D menjadi salah seorang narasumber pada Konferensi Internasional Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Keluarga di Jakarta pada 4 s.d. 7 November 2019 yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Ditjen PAUD dan Dikmas) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) di Hotel Millenium, Jakarta.
Sementara itu, Rektor Universitas YARSI, Fasli Jalal, menyampaikan Indonesia memiliki anak usia PAUD 0-6 tahun sebanyak 26-27 juta. Saat ini, kesadaran orang tua sudah sangat baik dan lompatan akses sudah meningkat. Selain itu sumber dana juga sangat bervariasi mulai dari Dana Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Corporate Social Responsibility (CSR), dan sebagainya.
“Akan tetapi menurut saya yang paling penting sekarang adalah perhatian pada gurunya. Guru adalah tiang pendidikan. Kalau kita tidak memberi perhatian kepada guru maka seperti yang dikatakan James Heckman bahwa anak lebih baik tidak ikut PAUD daripada ikut PAUD yang tidak bermutu,” disampaikan Fasli Jalal yang turut menjadi narasumber.
Salah satu tantangan terkait daya saing bangsa Indonesia adalah kemampuan berpikir tingkat rendah (Low Order Thinking Skills-LOTS) yang kerap ditemui. Fasli Jalal menyampaikan pentingnya pembangunan karakter sejak dini. Melalui pendidikan karakter, anak-anak Indonesia akan jauh lebih siap menghadapi abad 21 yang membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
“Tapi kalau ditanamkan sejak dini, maka akan membuat dia lebih kreatif, inovatif, dan kecemasan terhadap hasil Programme for International Student Assessment (PISA) akan dapat teratasi,” jelas Fasli.
Sebelumnya, Direktur Jenderal PAUD dan Dikmas, Harris Iskandar, menyatakan bahwa PAUD dan Pendidikan Keluarga memainkan peran penting dalam mendukung perkembangan anak. Disebutkan, berdasarkan hasil penelitian di bidang psikologi, neurosains, dan pendidikan terdapat kesimpulan bahwa rangsangan pendidikan awal pada anak sejak dalam kandungan hingga akhir masa usia dini (6-8 tahun) akan berdampak positif pada seluruh aspek perkembangan anak.
“Bukan kecerdasan saja tetapi seluruh kecakapan hidup. Dalam kaitan ini, peran keluarga dan satuan pendidikan penyelenggara PAUD menjadi sangat penting. Apalagi tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia terkait potensi tumbuh-kembang anak yang masih cukup berat,” kata Harris saat membuka Konferensi Internasional PAUD dan Pendidikan Keluarga di Jakarta, Selasa (5/11/2019).
Sebagai bentuk komitmen terhadap agenda pendidikan global tahun 2030, Pemerintah Indonesia telah membuat terobosan dengan mengeluarkan kebijakan pelayanan dasar PAUD untuk anak usia 5 sampai dengan 6 tahun yang wajib dipenuhi pemerintah daerah. Hal tersebut, kata Harris tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal.
Harris juga menjelaskan pemerintah Indonesia telah mempelopori pendirian SEAMEO Centre For Early Childhood Care Education and Parenting (CECCEP), yaitu sebuah pusat di bawah Southeast Asian Ministers Education Organization (SEAMEO) yang berlokasi di Jayagiri, Lembang Bandung, Jawa Barat. Pusat ini bertugas untuk mendukung pengembangan dan publikasi praktik baik terkait implementasi PAUD dan Pendidikan Keluarga. (ART)
“Universitas YARSI, Islami dan Berkualitas”