Vaksin Covid-19 yang tersedia kini masih bisa digunakan untuk menangani varian-varian baru virus corona termasuk Delta, kendati efikasinya turun.
Turunnya efikasi vaksin karena adanya mutasi atau varian baru. bila nantinya efikasi turun maka upaya yang bisa dilakukan ialah modifikasi vaksin bukannya membuat vaksin baru. “Modifikasi vaksin cukup cepat 6-8 minggu,” terang Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Yarsi, Prof. Tjandra Yoga Aditama saat Kuliah Pakar Magister Sains Biomedis Sekolah Pascasarjana Universitas Yarsi, Rabu,15 September 2020.
Selain membahas vaksin, pada forum ini, banyak hal yang menarik disampaikan Prof Tjandra, pada masa Covid-19 seperti dunia pada dasarrnya tidak siap menghadapi pandemi ini.
Menurut Prof Tjandra ,sama seperti saat menghadapi pandemi virus H1N1 tahun 2009, dimana dirinya terlibat menjadi anggota tim yang menilai situasi pandemi. Kemudian muncul laporan tahun 2011 menyebutkan dunia tidak siap menghadapi pandemi H1N1. Artinya, sekarang sudah sepuluh tahun, dunia tidak siap juga. “ Bagi saya cukup menyedihkan,” ujar Tjandra, mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara
Ketidaksiapan dunia menghadapi pandemi Covid-19 juga disampaikan tim panel independen saat ini. Tim tersebut dipimpin mantan Perdana Menteri Selandia Baru, Helen Clark, dan mantan Presiden Liberia, Ellen Johnson.
Menurut Tjandra Guru Besar FKUI , tim tersebut menjelaskan bahwa sistem peringatan pandemi global tidak sesuai dengan tujuannya. Bahkan disebutkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kekurangan tenaga dalam menangani pandemi yang disebabkan SARS-CoV-2 ini.
“Yang jelas, bagi panel independen, langkah-langkah kesehatan masyarakat harus lebih kuat diterapkan pada otoritas kesehatan lokal dan nasional,” ujar Tjandra menyebutkan laporan dari tim panel independen itu.
Diakhir pembicaraannya, Prof Tjandra intinya mengatakan,dewasa ini Covid-19 di dunia masih tetap menjadi masalah kesehatan dunia. Untuk mencapai herd imunity dibutuhkan 70% dari populasi telah divaksinasi, setelah itu dapat dinyatakan kondisi terkendali. Kasus di Indonesia sudah menurun, kita harus terus menjaga jangan sampai kasus meningkat lagi,taati protokol kesehatan dan selalu edukasi masyarakat, termasuk vaksin.
Terkait tema kuliah Magister Biomedis yaitu Peran Biomedis di Era Pasca Pandemi menurut mantan kepala Balitbangkes ini ,aspek biomedis sangat penting untuk melakukan penelitian untuk aspek patopsiologi, dianosis,obat dan vaksin begitu juga berbagai penyakit lain yang mengancam
Selain Prof Tjandra, pada kuliah Magister Sains Biomedis tampil pula berbicara Dosen Pascasarjana Biomedis Universitas Yarsi, Ahmad Rusdan Handoyo Utomo,Ph.D.
Dalam presentasinya Ahmad Rusdan, alumni PhD kedokteran Molekuler Universitas Texas memaparkan Biomedik Yarsi sebagai Jembatan Sains Biologi, Medis dan Islam. Banyak hal menarik disampaikannya. Diantaranya apa itu komunikasi resiko dari sebuah penyakit dalam konteks pilihan strategi pencegahan dan terapi. Kemudian sebuah komunikasi mekanisme pencegahan termasuk pemahaman vaksin dan pengobatan. Pemahaman terkait takdir (Gene Editing), ajal dan kesembuhan. Selanjutnya Health inequity and public welfare serta beyond experiment-public policy.
Doktor Ahmad Rusdan juga menyampaikan pengobatan terapi Ibn Sina seperti suatu obat sebelum digunakan harus dilihat isinya, diuji sesuai standar kaedah keilmuan. Manfaat baik dan halalserta vaksin harus dipastikan ada tidak adanya efek dan tidak boleh bias. Disinilah peran biomedis penting meliputi epidemiology ,mechanism of disease (genomic sequencing in vitro, animal study), disease prevention(genetic engineering vaccine development) dan disease treatment (targeted therapy antiIL-6).Biomedis adalah biologi dari sisi kedokteran.
Terkait pandemi Covid-19,pengobatan Islam ada ilmunya menganut prinsip kehati-hatian, harus sesuai kaedah terapi. Syariat memperhatikan faktor kesehatandan kedaruratan kolektif. Jangan sampai pengobatan Islam meninggalkan masalah. Jadi dalam pengobatan Islam Anjuran menggunakan masker, jaga jarak , mencuci tangan termasuk wajib. “Kita nggak boleh kasih kesempatan sedikitpun untuk virus menemukan inang yang jadi tempat virus tubuh,” tutur Ahmad Rusdan
Pandemi Covid-19 masih berlangsung ,lembaga-lembaga penelitian Yarsi termasuk program studi (prodi) Biomedis Yarsi bukan sekedar hadir, namun turut membantu negara. Wujudnya ada tersembunyi dan kelihatan, seperti kuliah pakar ini. pelaksanaan vaksin di Yarsi dan penelitian terhadap melonjaknya kasus Covid-19 bulan Juli 2021 hasilnya segera diumumkan.
Sementara Rektor Universitas Yarsi, Prof. Fasli Jalal mengatakan, program pendidikan (Prodi) Biomedik ini adalah prodi termuda. Prodi Strata 2 biomedik kehadirannya bukan sekedar program master saja. Tapi betul-betul disiapkan sumber daya manusianya, sarana prasarana dan yang tidak kalah penting adalah semua biaya operasional untuk menjaga dan memelihara keberlangsungannya memberikan kesejahteraan.
Pada masa pandemi Covid-19, Prodi Magister Sains Biomedis tetap Mewujudkan prodi bermutu, berkarakteristik Islam dan mampu berkiprah di forum nasional maupun internasional. Menguasai bidang Ilmu Sains Biomedis secara mendalam dan utuh, sehingga dapat menjadi dasar untuk berpikir kritis terhadap penerapan ilmu biomedis.
Tidak ketinggalan, mampu juga mengidentifikasi, menyusun gagasan dan hasil pemikiran berdasarkan etika akademik dan memecahkan permasalahan melalui penelitian bidang Sains Biomedis yang dikembangkan melalui pendekatan interdisiplin atau multidisiplin