Indonesia dalam hal penelitian genom (genomic) masih jauh ketinggalan. Buktinya Indonesia belum punya genom Indonesia. Jika ini dilakukan, maka penelitian ini akan menjadi proyek besar, Karena kita bisa memetakan Genom Indonesia, sehingga bisa memprediksi penyakit, diagnosa penyakit, prognosa penyakit. Selain itu penting sekali, Genom itu juga berfungsi menetapkan obat-obat yang sesuai untuk orang tertentu.( pemberin obat tepat guna ).
Ketua Pembina Yayasan Yarsi, Prof. dr. Jurnalis Uddin, PAK (Prof Jurnali) menyakan hal itu kepada Usman dari Majalah Kabar, seputar Genomic (Nyanyian Genomic),kemarin
Prof Jurnalis menambahkan, selama ini kalau orang sakit dikasih obat standarnya, sama untuk semua orang.Membedakannya laki-laki dan perempuan, berat badannya, usianya. Alias seperti membeli kemeja, berdasarkan ukuran, besar (L), sedang (M) dan kecil (S).
Menurut Prof Jurnalis ,kini pengobatan serupa itu sudah tidak cukup.Kini sudah mulai dilihat dari Genomnya, Contoh pasien tekanan darah tinggi, obat yang cocok diberikan berdasarkan pemetaan Genom.
Selanjutnya Genom ini berkaitan erat dengan Kedokteran Presisi dikenal dengan Precision Medicine atau Genomic Medicine. Kedokteran ini telah jadi sorotan dunia medis global. Bukan lagi sekadar konsep, tetapi sebuah paradigma baru menjanjikan pendekatan yang lebih tepat dalam prevensi, diagnosis, dan penanganan penyakit.
Kedokteran Presisi inilah menentukan obat cocok atau tidak untuk seseorang.” Menuju kedokteran presisi itu maka dibutuhkan penelitian Genomic,” tutur Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Penelitian Genom itu pekerjaan besar. Jadi tidak cukup dilakukan Universitas Yarsi saja atau universitas tertentu saja. Disinilah perlu kerjasama(penelitian) dan dana. Kalau seandainya Yarsi sendiri saja melakukan tentu hasilnya lambat.
Begitu juga jika diharapkan kepada pemerintah saja, tidak akan bisa. Karena anggaran pemerintah untuk penelitian kecil. Kalau mau berhasil anggarannya dibesarkan dan supaya hasilnya cepat,diperlu kerjasama dunia industri.
Permasalahannya, dunia industri lebih suka jalan sendiri. Jarang perguruan tinggi berhasil mengajak dunia industri bekerjasama. Lain dengan Amerika , kerjasama dengan industri sudah bagus.
“Jika Kerjasama dengan dunia industri terwujud, akan banyak sekali manfaatnya bagi negeri ini atau manusia,” ungkap Ketua Pembina Yarsi.
Kembali kepada penelitian Genom, Prof Jurnalis mengatakan, membuat Genom orang Indonesia dibutuhkan alat-alat studi molekuler genomik seperti sekuensing , yang harganya mahal (Miliaran). Jika ada kerusakan alat ini perbaikanpun mahal (1,5 Miliar).
Universitas Yarsi telah punya dua alat sekuensing. Selain itu thermal cycler untuk PCR, realtime PCR, Next Generation Sekuensing (NGS) short read Miseq illumina, NGS long read Oxford Nanopore Technology (ONT), Spektrofotometer, FLuorometer, Micropipet, Elektroforesis aparatus, Luminex, pipet dll .
Perhatian Universitas Yarsi pada penelitian Genom ini, didasarkan karena mengikuti perkembangan pengobatan dunia dan terkait dengan internasionalisasi perguruan tinggi.Dengan adanya internasionalisasi, Yarsi wajib kerjasama dengan perguruan tinggi luar negeri (asing) dan ini sedang dilakukan.
Sisi lainnya, Genom bisa membantu prediksi seseorang bisa terjangkit sesuatu penyakit atau tidak sehingga pengobatan dapat disesuaikan. penderitaan bisa dihindari. Jadi Genomik salah satu upaya pencegahan penyakit.maka penelitian Genom itu penting dilakukan, Univesitas Yarsi bertekad jadi pendekar (jago) dalam Genomik. Tekad ini sudah diwujudkan dalam investasi miliaran, termasuk sumber daya manusianya
Genomik itu kegiatan penelitian, karena Yarsi sudah melakukan investasi miliaran dalam Genomik, berharap ada pengurangan dan keringanan pajak dari pemerintah untuk Universitas Yarsi. keringan pajak ini akan digunakan Universitas Yarsi untuk penelitian. Dan Yarsi siap dipantau dan diawasi.
Untuk dosen dan peneliti yarsi siapkan diri untuk selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan termasuk bidang genomik. Yarsi sudah menyiapkan dana dan wadahnya.(usman)