Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI (Dirjen P2P) – dr. Anung Sugihantono, M.Kes. menghimbau semua lapisan masyarakat untuk mengenal lebih banyak tentang Corona Virus terutama yang hadir pada acara Panel Diskusi dengan tema “Kesiapan Masyarakat dan Pemerintah dalam Menghadapi Ancaman Covid-19 (Coronavirus) bekerja sama dengan Rumah Sakit (RS) YARSI dan Keluarga Besar Bulan Bintang (Jumat, 21 Februari 2020) di ruang Auditorium Ar-Rahman, Menara YARSI Lantai 12, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
dr. Anung mengatakan agar masyarakat terus menggali informasi yang akurat bersumber dari berbagai media yang ada dan terpercaya agar mengetahui lebih rinci tentang Coronavirus yang merebak di kota Wuhan, Provinsi Hebei, China sehingga sekitar 6 (enam) juta jiwa penduduknya diisolasi.
“Kami harapkan tidak ada satupun masyarakat Indonesia tidak mengetahui apa itu Coronavirus dan apa yang harus kita lakukan, serta bagaimana menyikapinya,” kata dr. Anung saat menyampaikan meterinya yang berjudul “Kesiapan Kemenkes dalam Upaya Kesehatan Komprehensif, Prefentif, Diagnosis Terapy dan Rehabilitative” (Regulasi, Sarana, Prasarana, dan Pembiayaan).
Secara resmi acara ini dibuka oleh Rektor UY – Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D. yang juga dihadiri oleh Direktur Rumah Sakit YARSI – dr. Mulyadi Muchtiar, MARS beserta jajarannya dan diikuti oleh hampir 1000 mahasiswa, dosen, serta masyarakat umum lainnya.
Sebagaimana sudah disampaikan sebelumnya oleh Rektor UY – Prof. Fasli Jalal, Ph.D. bahwa Coronavirus tersebut masih termasuk dalam satu famili besar dengan penyakit-penyakit (virus-virus) yang sempat mewabah sebelumnya seperti SARS (Severe acute respiratory syndrome) antara tahun 2002-2003 di Hongkong, dan MERS (Middle East Respiratory Syndrome) tahun 2012 di Arab Saudi.
“Gejalanya sama dan bersifat umum, mulai dari tahap ringan ditandai dengan demam, kemudian batuk, dan kalau kondisinya memburuk akan terjadi sesak nafas,” jelas dr. Anung.
Kalau demam dan batuk menurut dr. Anung gejala itu adalah tanda-tanda dari banyak penyakit. Sekitar 98% dari 79.000 lebih jenis penyakit yang ada di dunia secara global menunjukkan gejala disertai dengan demam. Oleh karena itu memindai suhu tubuh di suatu negara kepada seseorang yang masuk atau meninggalkan suatu negara menjadi sangat penting.
“Pemerintah sudah menginstruksikan untuk melakukan screening di awal, ketika ada orang yang masuk ke Indonesia terutama dari negara terjangkit harus diperiksa suhu badannya terlebih dahulu. Hal itu menjadi inti dan membuktikan kesiap-siagaan negara kita terhadap epidemi yang sedang berkembang saat ini,” ungkap dr. Anung.
“Apalagi jika ditemukan ada gejala batuk dan sesak nafas, diharuskan ada pemeriksaan dan penindakan kesehatan lebih lanjut di rumah sakit,” tambah dr. Anung.
Dr. Anung juga menegaskan bagaimana etika jika seseorang yang sedang batuk atau demam jika berada di antara orang-orang yang sehat. Demikian pula sebaliknya etika orang sehat menghadapi jika ada orang lain yang mengalami penyakit tersebut. Disarankan agar menjauh, minta perlindungan atau pakai masker dan lain sebagainya.
Kalau dilihat dari grafik pergerakan penyebaran coronavirus ini sejak Desember 2019 lalu saat penyakit ini dimunculkan, kata dr. Anung dari data itu disimpulkan dan menjadi kabar baik bagi Indonesia. Dari 118 spesimen yang diambil dari orang yang bergejala atau yang menunjukan tanda seperti coronavirus, 116 yang sudah diperiksa di laboratorium, hasilnya ‘NEGATIF’. Sedangkan 2 lagi statusnya masih dalam tahap pemeriksaan. Data ini dikumpulkan dari pemeriksaan yang dilakukan oleh 43 rumah sakit, 31 di antaranya berada di DKI Jakarta.
Gejala lain yang ditimbulkan dari penyakit ini, dr. Anung menjelaskan pada umumnya menyerang orang-orang yang sudah berusia lanjut apalagi imunitasnya sedang rendah saat itu dan telah memiliki penyakit penyertanya. Sedangkan cara penularannya sangat terbatas atar manusia. WHO sendiri menyatakan masih belum banyak mengetahui tentang penyakit ini, baik secara ideologi maupun penyebarannya.
“Sampai saat ini baru diketahui penyebarannya melalui droplet atau percikan yang dikeluarkan saat seseorang sedang batuk atau bersin,” kata dr. Anung.
Estimasi masa inkubasi penyakit ini, kata dr. Anung diketahui antara 1 – 12,5 hari, yang rata-rata berkisar antara 5 – 6 hari. Sementara WHO mengatakan masa terpanjang inkubasinya mencapai 15 hari. Untuk memastikan seseorang terjangkit coronavirus atau tidak harus melalui pemeriksaan di laboratorium.
“Oleh sebab itu, diharuskan setiap ada orang yang bergejala atau ada tanda-tanda yang mirip dengan coronavirus ini dan ada riwayat perjalanannya dengan negara infected, WHO mengatakan ada 26 negara terjangkit agar memeriksakan diri ke laboratorium untuk dipastikan,” tegas dr. Anung.
Menurut WHO, kata dr. Anung penyakit ini secara spesifik belum ada obatnya. Melihat dari kesemuanya itu pencegahan yang bisa dilakukan adalah selalu menjaga daya tahan tubuh tetap prima. Kemudian menjaga kebersihan dengan melaksanakan gerakan masyarakat hidup sehat atau perilaku hidup sehat dan lain sebagainya.
“Indonesia aman dari ancaman coronavirus, namun demikian kita harus selalu waspada dan siap-siaga agar penyakit ini tidak sampai dan meluas di negara kita,” pungkas dr. Anung
Selain dr. Anung sebagai narasumber acara ini juga menghadirkan Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc. (pengacara, pakar hukum tata negara, politikus, dan intelektual Indonesia), dr. Widyastuti, MKM. (Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta), Dr. Daeng M. Faqih, SH., MH. (Ketua Umum IDI/Ikatan Dokter Indonesia), Dr. Ir. Mohammad Yunus,M.Eng. (Taprof Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Lemhannas), KH. Drs Masrur – Ketua Forum ‘Salaman Merapi’ (Silaturohmi Alim Ulama dan Tokoh Lintas Iman) dan dipandu oleh Dr. dr. Norman Zainal, Sp.OT, M.Kes. (RS YARSI) sebagai moderator.(ART)
“Universitas YARSI, Islami dan Berkualitas”