Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang diakibatkan oleh malnutrisi (gizi buruk), infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang inadekuat (tidak punya cukup kesempatan untuk bermain dan belajar). Stunting pada anak di bawah usia lima tahun membutuhkan perhatian khusus karena menghambat efek pada perkembangan fisik, mental dan kognitif anak. Stunting pada usia dini dapat mengakibatkan risiko kematian dan morboditas, serta postur tubuh suboptimal ketika dewasa (MCA, 2015).
Stunting dapat disebabkan oleh kurangnya asupan protein dimana asupan protein menyediakan asam amino yang diperlukan tubuh untuk membangun matriks tulang dan mempengaruhi pertumbuhan tulang karena protein berfungsi untuk memodifikasi sekresi dan aksi osteotropic hormone IGF-I, sehingga asupan protein dapat memodulasi potensi genetic dari pencapaian peak bone mass (WHO, 2018). Anak dengan konsumsi protein <80% berisiko 6,5 kali untuk menjadi stunting disbanding anak dengan konsumsi protein =80%. Data dari Asia Selatan menunjukan 3.3% penurunan angka stunting dengan pemberian Makanan Produk Hewani (MPH) satu kali sehari dan 7.1% penurunan angka dengan pemberian dua kali sehari (Bolton, L., 2019). Telur merupakan Makanan Produk Hewani (MPH) yang kaya akan protein, murah dan mudah didapatkan (Harahap. H, et al, 2015).
Universitas Yarsi bekerja sama dengan PT. Charoen Pokhand Indonesia, Tbk sebagai salah satu Perusahaan produsen telur terbesar di Indonesia melakukan pemantauan dan evaluasi dampak program One Day One Egg untuk program penurunan stunting di Kabupaten Pandeglang.
Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan di 10 Desa di Kabupaten Pandeglang dengan durasi kegiatan selama 6 bulan, dari Bulan September 2020 hingga Februari 2021 dengan total sebanyak 266 balita yang diberikan telur. Perwakilan dari Univeritas Yarsi, dr. Yusnita berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Pandeglang dan juga tim teknis dari PT. Charon Pohphan untuk pengiriman telur yang dilakukan setiap 2 minggu dengan total 12 tahap mulai dari tanggal 2 September 2020 sampai 12 Februari 2021. Telur akan dikirimkan ke Dinas Kesehatan Pandeglang yang kemudian akan diambil oleh tiap puskesmas desa terkait sebelum telur tersebut disampaikan ke ibu balita.
Laporan bulanan diberikan oleh bidan desa berupa hasil penimbangan dan pengukuran tinggi badan yang dilakukan setiap minggu, 2 minggu, dan bulan. Hasil tersebut kemudian dikirimkan kepada Dinas Kesehatan dan juga Universitas Yarsi. Bidan desa juga turut melampirkan foto serta video sebagai bukti kegiatan. Tahap monitoring sempat tidak dapat terlaksana dikarenakan pembatasan kegiatan di masa pandemi Covid-19. Evaluasi dilakukan dari data laporan bulanan yang dikirim oleh bidan desa dan Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang.
Hasil Kegiatan
Setelah 6 bulan diberikan telur, dilakukan perbandingan rata-rata berat dan tinggi anak. Berdasarkan uji statistic, menunjukkan kenaikan jumlah balita yang menjadi normal/tidak stunting dari 73 balita menjadi 102 balita. Penururan jumlah balita stunting juga menurun dari 173 menjadi 164 balita. Penurunan persentase balita stunting sebesar 11,5%, dari 72,6% menjadi 61,7%.
Kesimpulan dan Saran
Sebanyak 56.600 telur berhasil terdistribusikan kepada balita di 10 lokus stunting di Pandeglang. Hasil pengukuran indicator ditemukan adanya kenaikan rata-rata berat dan tinggi badan, terdapat kenaikan jumlah balita yang normal/tidak stunting, serta adanya penururan persentasi balita stunting sebanyak 11,5%.
Beberapa saran yang dapat disampaikan antara program ini perlu dilanjutkan untuk penuntasan program stunting serta program selanjutan dapat dibarengi dengan kegiatan lain yang mendukung penurunan stunting secara komprehensif.
Kegiatan ini sudah dipublikasi di jurnal nasional https://jpmi.journals.id/index.php/jpmi/article/view/645