Program Studi Perpustakaan dan Sains Informasi (PdSI) Universitas Yarsi, memang luar biasa. Pasalnya, awal tahun 2024 lembaga-lembaga dan institusi pendidikan baru saja selesai libur dan mulai kegiatan , PdSI Yarsi sudah kelar adakan diskusi. Bayangkan saja, Kamis 4 Januari 2024 PdSI Universitas Yarsi sukses gelar bincang virtual. Tema kali ini, Gen Z, Literasi, Kampus Sekolah: Menuju Tranformasi Sosial.
Rektor Universitas Yarsi, Prof.dr Fasli Jalal,Ph.D mengucapkan terima kasih kepada para pembicara hebat bersedia memberikan pencerahan diawal tahun baru 2024.Pasti pengetahuan disampaikan akan membawa pencerahan dapat memandu arah pembangunan literasi
Prof Fasli menjelaskan,perhelatan ini bertujuan mengupas dan mencerahkan audiens mengenai peran penting literasi, sekolah, dan perguruan tinggi dalam meningkatkan transformasi sosial
Ditambahkannya, lewat internet kini anak baru lahir saja sudah diberikan akses sumber informasi luar biasa. Kondisi ini memerlukan kematangan, kesiapan, dan kemampuan literasi untuk menangkap apa yang diinformasikan. Kadang kadang sumbernya terpercaya, kadang-kadang remang alias diragukan, bahkan bisa saja hoaks. “ Disinilah perlu kemampuan literasi yang makin lama makin memadai,” terang Rektor Universitas Yarsi..
Menurut Fasli, lewat pembelajaran sistematis, melalui pembiasaan, dan peran perpustakaan daerah, perpustakaan universitas, perpustakaan sekolah, desa-desa, taman bacaan, yang dikelola dengan baik. Informasi dapat dicerna. Akhirnya, anak-anak Indonesia makin berdaya kemampuan literasinya. “ Sehingga punya kecakapan menangkal informasi yang tidak akurat, atau hoaks,” tuturnya.
Dalam kenduri ini PdSI Universitas Yarsi bekerjasama dengan Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia (ATPUSI), tampil beberapa pembicara super.
Ketua Dewan Pembina ATPUSI, M.Ihsanudin,M.Hum sebagai pembicara mengatakan, kini sudah penting keterlibatan pustakawan dalam mendorong literasi di institusi pendidikan. Indonesia sebuah bangsa besar, jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia, setelah India, Cina, dan Amerika Serikat). Peringkat Cina dan Amerika Serikat dalam PISA jauh di atas Indonesia.
Menurut Ihsanudin,Programme for International Student Assessment (PISA) merupakan studi untuk mengevaluasi sistem Pendidikan diikuti 70 an negara dunia. PISA bukan satu-satunya alat ukur kualitas pendidikan di Indonesia, “Namun setidaknya menjadi pembanding (benchmark) dengan kualitas pendidikan negara-negara lain,” cakap Ihsanudin
Selain Ihsanudin, hadir pula sebagai pembicara Anggota DPR RI Komisi X,Dr.H. Fahmy Alaydroes menyampaikan tentang peran regulasi dalam meningkatkan kualitas
Doktor Fahmi mengatakan, tenaga perpustakaan di sekolah harus hadir. terutama dalam konteks mengembangkan literasi. “Regulasi harus hadir ,” ingatnya,
Dengan adanya regulasi tentu berdampak pada negara memfasilitasi, serta menaungi, serta memandu arah pembangunan literasi itu sendiri.
Sementara influencer dan inovator di bidang kesehatan, dr. Gamal Albinsaid,M.Biomed turut sebagai pembicara mengungkapkan motivasi generasi muda untuk turut berperan dalam mendorong literasi dan transformasi sosial. Dokter Gamal berpesan para pemuda bahwa masa sekarang ibarat matahari pukul dua belas siang: paling terang, paling panas, paling membara. “Jangan biarkan masa ini berlalu begitu saja tanpa karya dan generasi muda tetap pelu dipandu.,” ucapnya.(usman)