Selepas menyelesaikan studi dari Perguruan Tinggi, umumnya mahasiswa ingin bekerja di dunia usaha dan dunia industri (DUDI) yang bereputasi baik. Untuk mencapai tujuan tersebut, ijazah saja tidaklah cukup, namun harus didukung oleh kompetensi kerja yang memadai. Lalu, apakah kuliah selama empat tahun tidak cukup untuk membentuk kompetensi mahasiswa?
Kompetensi terbentuk dari tiga komponen utama, yakni pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja. Kurikulum Universitas YARSI saat ini sudah dirancang untuk membantu mahasiswa menguasai kompetensi esensial di bidang keilmuannya masing-masing. Namun, berbagai kegiatan belajar di kampus kurang dapat menggambarkan situasi nyata di dunia kerja. Mahasiswa perlu melakukan magang langsung di DUDI.
Baru-baru ini, program magang tiba dengan pendekatan revolusioner dari Kampus Merdeka. Kebijakan magang diatur ulang, yang menuntut mahasiswa untuk berperan lebih proaktif dengan bobot kredit semester yang jauh lebih besar, yaitu 20 SKS. Perubahan tersebut membuat magang semakin menjadi peluang bagi mahasiswa untuk merasakan dan meresapi lingkungan kerja, memperluas jaringan profesional, serta pengembangan kompetensi kerja.
Kepala Program Studi Psikologi Universitas YARSI mengamati ada beberapa mahasiswa yang kesulitan mengikuti harapan dari tempat magang, baik terkait ritme ataupun menyelesaikan tantangan kerja, yang akhirnya membuat mereka memilih untuk menghilang. Fenomena tersebut semakin sering terlihat setelah adanya pembesaran bobot SKS, yang mensugesti tidak siapnya beberapa mahasiswa dalam mengoptimalkan kesempatan magang untuk pengembangan diri dan kompetensi mereka. Jika fenomena ini dibiarkan, akan banyak kerugian jangka panjang yang dirasakan oleh ketiga belah pihak, seperti: terbuangnya waktu para pihak yang mengurus kegiatan magang; hilangnya kepercayaan DUDI terhadap universitas; dan tidak tercapainya kompetensi lulusan.
Tentu saja, status quo bukan sebuah pilihan. Direktorat Pembelajaran Jarak Jauh (DPJJ), melalui program Pusat Bantuan Akademik Terpadu bagi Mahasiswa (TUNTAS), berkolaborasi dengan Program Studi Psikologi melakukan intervensi pada 24 Juli 2023, yang dibungkus dalam Pelatihan Pra Magang. Tujuan kegiatan ini adalah membantu para mahasiswa Program Studi Psikologi yang akan mengikuti program magang 20 SKS mentransfer keterampilan psikologinya dalam konteks magang dan optimalisasinya untuk pengembangan diri. “Ada kalanya seseorang kesulitan mentransfer keterampilan yang diperoleh dalam suatu konteks ke konteks lainnya, walaupun polanya terlihat sama,” ujar Direktur DPJJ. Pelatihan Pra Magang didesain sebagai katalisator untuk mempercepat proses transfer tersebut.
Paling tidak ada lima keterampilan yang menjadi fokus untuk ditransfer dalam konteks magang, yaitu: mengenal diri, menetapkan tujuan, komunikasi, proaktif, dan inisiatif. Pendekatan diskusi serta mentoring dan coaching kelompok digunakan pada saat pelatihan, dengan total sepuluh kelompok dan setiap kelompok memiliki satu orang fasilitor dengan pengalaman magang atau kerja. Selain itu, mahasiswa juga diminta untuk menentukan tujuan magang dan rencana tindakan untuk mencapai tujuan tersebut, dengan mempertimbangkan ekspektasi tempat magang dan harapan mereka setelah lulus. Selama pelatihan berlangsung, mahasiswa diajak untuk membangun serta memanfaatkan pola pikir berkembang (growth mindset).
Pelatihan Pra Magang ini merupakan kegiatan pertama TUNTAS, yang kebetulan dilakukan dengan kolaborasi bersama Program Studi Psikologi. TUNTAS akan terus “membantu mengembangkan kompetensi mahasiswa via mentoring, coaching, dan juga training,” ujar Flazia Sonia, salah satu staf DPJJ yang turut mendesain berbagai kegiatan TUNTAS.