Program Studi Magister Sains Biomedis Pascasarjana, Universitas YARSI kembali mengadakan Kuliah Pakar “Perspektif Epidemiologi Molekular”. kali ini mendatangkan pembicara, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Prof. dr. Mondastri Korib Sudaryo, MS., DSc. .
Epidemiologi Modern ditandai dengan integrasi metode dan konsep menjadi corpus teoritis, terdiri dari desain studi, ukuran peristiwa-peristiwa dan efek, pembauran efek, interaksi, bias, dan kesimpulan.
Menurut Dekan FKM UI, ada indikasi fase baru telah datang, ditandai dengan perbaikan pada ranah konseptual, seperti penilaian dampak pembauran, bias, dan interaksi yang kompleks. Mengutip Alfredo Moribia (History of Epidemiological Methods and Concepts).
Epidemiologi Molekular merupakan ilmu yang berhubungan dengan kontribusi faktor risiko genetika dan lingkungan yang diidentifikasi pada tingkat molekuler dan biokimia hingga etiologi, distribusi dan pengendalian penyakit dalam keluarga dan populasi. (J. Dorman, Univ. Pittsburgh).
Secara singkat Prof. dr. Mondastri Korib Sudaryo, MS., DSc Dekan FKM UI ini menjelaskan apa itu Epidemiology Molecular, “Sederhananya molecular epidemiology adalah perpaduan antara satu sisi molecular bilogy, satu sisi lagi adalah epidemiology. Molecular biologinya untuk mendekripsikan apa yang terjadi pada level molecular”.
Epidemiologi Molekular memiliki manfaat diantaranya, Mendeteksi sensitivitas individual terhadap bahan kimiawi, mengindentifikasi pajanan pada skala kecil dan kejadian lebih dini dalam kerangka riwayat alamiah penyakit, serta meningkatkan kemampuan epidemiologi untuk memahami penyakit, menilai marker suseptibilitas, hingga memperkuat stategi pencegahan (preventif) di populasi.
“Misalkan kita bisa temukan virus covidnya melalui tes antibody, lebih jauh lagi mendeteksi covid melalui materi genetiknya, PCR, dan sebagainya”. Prof. Modastri mencontohkan manfaat epidemiologi molekuler terhadap Covid-19.
Dalam kuliah ini terjadi komunikasi yang bersahabat saat tanya jawab. Prof Mondastri menjawab dengan lugas , komunikatif dan efektif setiap pertanyaan
Conotohnya ,bagaimana menekan faktor perancu pada penelitian epidemiologi molekuler apa yang bisa dilakukan melihat objeknya yang heterogen?. Tanya salah satu peserta.
Prof. Modastri menjawab “Sebenernya secara umum kalau sudah masuk wilayah atau ranah analisis secara umum pendekatan analisisnya tidak banyak berbeda, apakah itu epidemiologi molekuler, atau penyakit menular, secara umum tidak ada yang khusus. Ketika masuk cost analisis dia berbentuk data jadi secara prinsip penanganan perancu ini bisa dibagi dalam 2 fase, yaitu sebelum analisis dan setelah analisis.
Kalau melihat sejarahnya pada epidemiologi tradisional dapat menemukan penyebab spesifik suatu penyakit kemudian di era modern bergeser menjadi multifactorial, alalu bagaimana pengaruh era digital terhadap teori epidemiologi molekuler ?
Saat ditanya mengenai digitalisasi tersebut, Prof. Mondastri menjelaskan “Pada era digital terdapat distrubtion, menjadi sangat bergantung pada teknologi. Dalam hal ini banyak dibantu dan tergantung juga kemudian masyarakat menjadi familiar dengan internet of things. Ini menjadi sarana dan prasarana untuk memperkuat epdidemiologi yang tidak cukup pada level tradiisional. Lebih lanjut Prof. Modastri menambahkan dengan digitalisasi dapat menjangkau serta mengetahui pergerakan populasi lebih luas, mengenal berbagai karakter penduduk dan beranjak ke era modern Koch postulates epidemiologi yang menggunakan big data.
Penulis Anggun