Manusia diciptakan berhubungan. sehingga bisa berteman dan membangun keluarga . Setelah itu berhubungan intim. koneksi khusus melibatkan satu sama lain saling membantu tanpa imbalan, saling memberi dukungan dan memelihara satu sama lain. Kesemua itu disebut hubungan sehat.
Wakil Dekan 3 Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi,dr.Citra Fitri Agustina,Sp.Kj mengatakan, ciri-ciri hubungan sehat memiliki rasa kasih sayang , rasa aman , kebebasan berpikir ,saling peduli dan menyayangi serta menghormati perbedaan pendapat .
Sementara hubungan tidak aman yaitu tidak saling mendukung , cenderung melemah satu sisi, persaingan saling menjatuhkan, tidak kompak mendominasi sehingga merusak harga diri menguras emosi , mental dan menguras tenaga. “Inilah disebut hubungan tidak sehat (toxic atau beracun) ,” jelas dokter Citra saat bicara webinar Generasi Muda dan Toxic Relationship,Tangkal Racun Dengan Cermat, kemarin
Selanjutnya Alumni Spesialis Kedokteran Jiwa Universitas Indonesia menerangkan, seseorang menjadi hubungan tak sehat (Toxic relationship) disebabkan pola asuh orang tua , trauma saat masa perkembangan dan gangguan psikologis. Sedangkan tanda-tanda toxic relationship meliputi selalu dikontrol langsung atau tak langsung, tidak dapat menjadi diri sendiri, tidak dapat penghargaan atau dukungan , selalu dikekang, menerima kekerasan atau perilaku kasar , dibohongi dan dimanfaatkan secara finansial.
Sementara Dokter Tuty Herawaty ,Sp.A(K) menambahkan, jika toxic relationship terjadi pada remaja akibat pergaulan dengan teman sebaya dan lawan jenis yang tidak baik, segeralah mencari bantuan kepada ahlinya. “Peran orang tua sangatlah penting, begitu juga guru dan teman.” ingat dokter Tuty.
Menurut alumni Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, remaja ada fase tumbuh cepat pertumbuhan fisik diikuti perkembangan sensasi erotis dan asmara, namun kemampuan pertimbangan resiko belum matang.
World Health Organization (WHO) atau organisasi kesehatan dunia , disebut remaja jika berusia 10-19 tahun, sedangkan pemuda berusia 15-24 tahun dan remaja pemuda 10-24 tahun. Kementerian kesehatan mengatakan remaja jika berusia 10-18 tahun dan berdasarkan Undang-Undang Perlindungan anak tahun 2002 remaja adalah anak sejak konsepsi hingga 18 tahun
Sedangkan Kepala Program Studi Kedokteran Program Sarjana Dokter Universitas Yarsi, dr Marisa Riliani ,M.Biomed menyatakan, jika toxic relationship terjadi pada remaja lakukan konseling.
Menurut Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran konseling ditujukan untuk membentuk kembali rangkaian struktur atau bentuk ego konseli dalam menjalin interaksi agar mampu memberi nilai lebih pada dirinya dihadapan orang lain.
Selain itu meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap diri individu lebih darinya dihadapan orang lain. Serta dapat meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap individu atas tingkah laku sendiri.
“Konseling juga ditujukan agar remaja memiliki pemikiran logis, rasional, tujuan realistis, dapat berkomunikasi dengan baik, wajar dan pemahaman dalam hubungan dengan orang lain,” tutup Alumni Magister Biomedik Universitas Udayana.
Webinar Toxic Relationship bertema Generasi Muda dan Toxic Relationship,Tangkal Racun Dengan Cermat diselenggarakan Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi. Acara ini terasa istimewa, selain pesertanya banyak, juga dihadiri Kepala Dinas Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk Provinsi DKI Jakarta, Ir.Tuty Kusumawati, MM dan Rektor Universitas Yarsi ,Prof dr Fasli Jalal,Ph.D.