Stunting masih menjadi persoalan serius memengaruhi kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Selain itu stunting punya dampak luas, seperti 5 juta anak Indonesia terancam kehilangan IQ10-15 poin. 5 juta anak Indonesia akan terlambat masuk sekolah dan memiliki prestasi akadeik lebih buruk dan 5 juta anak Indonesia akan meraih pendapatan 20 persen lebih rendah diusia kerja.
Rektor Univeristas Yarsi, Prof dr.Fasli Jalal,Ph.D (Prof Fasli) mengatakan hal itu, terkait stunting saat jadi pembicara fokus group diskusi(FGD) Ikatan Alumni (IKAL)Lemhanas, Gedung Astagatra Lemhanas Jakarta, Jumat, 18/10/ 2024.
Lebih lanjut Prof Fasli menambahkan, stunting juga punya dampak pada kehilangan 1 persen tinggi badan dan 1, 4 persen produktivitas. Kemudian direct cost penangansn mainutrisi mencapai $ 20-30 milyar pertahun, Indonesia akan kehilangan potensial GDP 2-3 persen serta kemiskinan antar generasi akan semakin buruk.
Jumlah Stunting di Indonesia memang terjadi penurunan. dari 24,4 persen di tahun 2021 menjadi 21,4 % di tahun 2022. Tahun 2024 pemerintah pasang target 14 persen.
Alumnus Doktor dari Cornell University New York mengatakan, penyebab stunting sangat komplek. Perlu kerjasama lintas sektor dan lintas jenjang pemerintahan serta lintas pelaku. Selain itu perlu partisipasi dari organisasi internasional dan pihak swasta sebagai katalisator untuk membantu pemerintah pusat, daerah, dan juga masyarakat. ” Supaya semua anak mendapatkan hak mereka untuk bisa tumbuh dan berkembang secara optimal,” ujar Prof Fasli.
Dalam FGD bertema Transformasi kebijakan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menuju Indonesia emas 2045 Wakil Menteri Menteri Pendidikan Nasional 2010 dalam paparannya banyak menyampaikan informasi menarik dan mencerahkan.
Selain kupas stunting,juga bicara 8 fungsi keluarga, berupa cinta dan kasih sayang, fungsi sosialisasi dan pendidikan,fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, fungsi lingkungan , fungsi agama, dan fungsi sosial budaya
Kemudian bahas pola gaya hidup masyakat Indonesia seperti merokok, jarang aktifitas fisik, jarang konsumsi buah dan sayur, mengonsumsi makanan gorengan dan berlemak, minum makanan bersoda dan malas.
Menurut Kepala BKKBN tahun 2013-2015,dampak gaya hidup itu menyebabkan obesitas, gangguan pencernaan, kanker paru, stroke, jantung, kerusakan organ,hingga kematian.”Semua itu harus dicarikan solusi bersama sehingga terwujud Indonesia Emas 2045,” tutup Prof Fasli.
Sementara Wakil Ketua Umum II Dewan Pimpinan Pusat (DPP) IKAL-Lemhanas, Komjen Pol (P) Togar M.Sianipar, M.Si mewakili Ketua Umum DPP IKAL-Lemhanas, Jenderal TNI(Purn)Agum Gumelar menjelaskan tujuan FGD memperoleh masukan dan rekomendasi dari pembicara tentang transformasi kebijakan program kependudukan dan pembangunan keluarga di Indonesia.
Sedangkan hasil diharapkan tersedianya policy brief sebagai rekomendasi tindak lanjut dan bahan advokasi memengaruhi kebijakan kependudukan dan pembangunan keluarga di Indonesia.
Setiap FGD IKAL Lemhanas hadir para pakar dan tokoh nasional. Kali ini diantaranya, Kepala BKKBN periode 1983-1997, Prof..Haryono Suyono,M.A.,Ph.D, Guru Besar Fisip UI, Prof.Dr. Adrianus Meliala, Kepala BKKBN periode 2003-2006, dr.Sumarjati Arjoso, SKM dan Plt Kepala BKKBN 2024, Dr.Sundoyo, S.H.,M.K.M (usman)