Di media massa kita baca bahwa pada November ini Ibu Retno Marsudi ,mantan Menteri Luar Negeri kita, akan mulai bertugas sebagai Utusan Khusus SekJen PBB untuk isu air dunia. Tentu kita turut berbesar hati dan mengharapkan kesuksesan beliau demi kesehatan dunia.
Sedikitnya ada lima hal tentang tantangan air dan sanitasi dunia. Pertama, salah satu masalah amat penting kesehatan dan kesejahteraan masyarakat dunia adalah memang jaminan ketersediaan air bersih dan sanitasi. Kontaminasi bahan kimia pada air juga terus menimbulkan masalah kesehatan, baik pencemaran bersumber alamiah (“natural in origin”) seperti arsenik dan fluorida, atau karena bahan antropogenik seperti nitrat.
Ke dua, data WHO menunjukkan bahwa lebih dari 2 milyar penduduk dunia hidup dalam negara yang mengalami masalah dalam penyediaan air, istilah resminya adalah “water-stressed countries”. Ironisnya pula bahwa masalah ini dapat saja terus membesar, baik karena perubahan cuaca (“climate change”) dan juga pertumbuhan penduduk.
Ke tiga, WHO juga menyatakan bahwa setidaknya ada 1,7 milyar penduduk dunia meminum air yang terkontaminasi dengan sekresi tinja. Air minum yang tercemar mikrobiologik ini akan dapat menularkan berbagai penyakit, seperti diare, kolera, disentri, demam tifoid dan polio, serta diperkirakan menyebabkan sekitar 505.000 kematian akibat diare di dunia setiap tahunnya.
Ke empat, kecukupan ketersediaan air sehat akan mewujudkan praktek higiene dan kebersihan yang baik, dan ini akan mampu mencegah tidak hanya penyakit diare tetapi juga infeksi saluran napas serta pengendalian beberapa penyakit tropik terabaikan seperti trakoma, kecacingan dan skistosomiasis, dan juga berpengaruh pada kejadian stunting serta resistensi antimikroba (“antimicrobial resistance – AMR”).
Ke lima, data WHO per 22 Maret 2024 menunjukkan bahwa lebih dari 1,5 milyar penduduk dunia masih belum mendapat pelayanan sanitasi yang standar, termasuk belum ada akses ke jamban yang memadai. Dari 1,5 milyar orang ini maka ada 419 juta penduduk bumi yang masih buang air besar (BAB) di sembarang tempat . Untuk Indonesia, data Badan Pusat Statistik (BPS) Desember 2023 menunjukkan bahwa sebanyak 4,20 % rumah tangga di Indonesia tidak memiliki fasilitas BAB. Dengan kata lain, sekitar 4 dari 100 rumah tangga di Indonesia tidak menggunakan aPosttau tidak punya fasilitas tempat BAB. Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa negara kita menargetkan 15% akses sanitasi aman pada 2024, yang sebentar lagi sudah akan berakhir.
Selamat bertugas Ibu Retno Marsudi, semoga sukses.
Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI