Hari Tuberkulosis Sedunia, lingkungan kerja, pengalaman penyintas serta tuberkulosis dan pandemi

Pada 28 April 2025 ini saya menjadi salah satu pembicara pada Talkshow Hari Tuberkulosis Sedunia yang diselenggarakan oleh Stop Tuberkulosis Indonesia. Tema kegiatannya adalah “Terima Kasih Sudah Bertahan – Para Pejuang dan Pemerjuang Tuberkulosis”. Ada empat pembicara dengan topik masing-masing, yaitu Penyintas Tuberkulosis, dari bidang kerja yaitu “Lead Occupational Offshore Medco Natuna”, kemudian penanggung jawab program yaitu Program Manager PR STPI Penabulu, serta saya sebagai Dewan Penasehat Stop Tuberkulosis Indonesia (STPI).

Talkshow dimulai dengan pentingnya penanganan TB di tempat kerja. Ini termasuk penyuluhan kesehatan, skrining , dukungan pengobatan dan yang penting penanganan stigma dan juga kebijakan tempat kerja yang mendukung. Kemudian penyintas TB bercerita tentang pengalamannya yang cukup mendalam. Acara dilanjutkan dengan pengalaman langsung di tempat kerja, termasuk dari lepas pantai.

Saya lalu membahas tentang tuberkulosis dan pandemi. Kita tahu bahwa pandemi sebelum ini COVID-19, dan juga pandemi sebelumnya yaitu H1N1, semuanya terjadi karena penularan melalui udara, atau “airborne infection”, sementara penyakit tuberkulosis juga ditularkan melalui udara pula, tertular secara “airborne” pula. Sekarang kita memang tidak dalam pandemi lagi, tapi tuberkulosis tetap masih ada sejak ditemukan bakterinya pada tahun 1882 yang lalu. Nah, artinya kalau kita memperkuat program pengendalian tuberkulosis sekarang ini maka kita bukan hanya menangani tuberkulosis kini, dan kesiapan ini juga akan dapat merupakan bagian dari antisipasi kita menghadapi pandemi mendatang.

Prof Tjandra Yoga Aditama
Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)
Dewan Penasihat Stop Tuberkulosis Indonesia (STPI)
Dewan Pengawas Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI)