Sebuah kabar baik disampaikan oleh Dr. Daeng M. Faqih, SH., MH. menyatakan bahwa tingkat keganasan Coronavirus (Covid-19) agak jauh lebih lemah bila dibanding dengan virus-virus sebelumnya yang menghebohkan dunia. Hal itu dikatakan oleh Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) saat menjadi salah satu pembicara pada Panel Diskusi dengan tema “Kesiapan Masyarakat dan Pemerintah dalam Menghadapi Ancaman Covid-19 (Coronavirus) di Universitas YARSI.
Acara yang terselenggara berkat kerja sama dengan Rumah Sakit (RS) YARSI dan Keluarga Besar Bulan Bintang (Jumat, 21 Februari 2020) di ruang Auditorium Ar-Rahman, Menara YARSI Lantai 12, Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Secara resmi acara ini dibuka oleh Rektor UY – Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D. yang juga dihadiri oleh Direktur Rumah Sakit YARSI – dr. Mulyadi Muchtiar, MARS beserta jajarannya dan diikuti hampir 1000 mahasiswa, dosen, dan masyarakat umum.
Merebaknya epidemi Coronavirus sungguh mengejutkan dunia yang membuat kota Wuhan, Provinsi Hebei, China yang berpenduduk sekitar 6 (enam) juta jiwa diisolasi total. Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D. dalam sambutannya mengatakan ada sekitar 2000 pelajar/mahasiswa Indonesia yang kuliah di kota tersebut. Seiring ancaman dan kekhawatiran terjangkit, berkat kesigapan pemerintah Indonesia mereka berhasil dipulangkan dengan selamat. Kabar baiknya, tidak ada satupun dari mereka yang terjangkit oleh virus dari kelompok besar virus yang umum ditemukan pada hewan tersebut.
Lebih lanjut, Dr. Daeng mengatakan dari 75.000 lebih kasus yang terkena wabah Coronavirus, meninggal sekitar 2000 jiwa lebih dan jika diprosentase tidak sampai tiga persen. Dibandingkan dengan MERS (Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus) 34% lebih, SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) sekitar 18%, dan Flu Burung (virus H5N1) lebih tinggi lagi.
“Kalau dilihat dari tingkat keganasanya, Coronavirus jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan MERS, SARS, bahkan dengan Flu Burung. Ini adalah salah satu kabar baik yang saya sampaikan” kata Dr. Daeng yakin.
“Kabar baik yang kedua adalahkebanyakan yang terinfeksi itu adalah orang tua, apalagi kondisi daya tahan tubuhnya sedang lemah. Kalau daya tahan tubuh kita bagus, inshaa Allah akan sulit terinfeksi, tapi itu bukan jaminan,” jelas Dr. Daeng.
Sedangkan kabar baik yang ketiga, Dr. Daeng menyebutkan mereka yang terinfeksi dan hampir secara keseluruhan, murni tidak hanya disebabkan oleh si virus. Tapi lebih banyak disebabkan oleh penyakit penyerta yang diderita sebelumnya. Atau disebut juga dengan istilah komorbiditas (comorbidities) yang dalam dunia kedokteran menggambarkan kondisi bahwa ada penyakit lain yang dialami selain dari penyakit utamanya.
“Misalnya ada seseorang yang sudah mengidap diabetes dan kebetulan kondisi daya tahan tubuhnya jelek kemudian terinfeksi sehingga memperburuk keadaan yang akhirnya menyebabkan kematian. Demikian pula dengan orang yang sudah gagal ginjal, lemah jantung, dan sebagainya,” urai Dr. Daeng.
“Jadi yang meninggal rata-rata karena penyakit penyerta, tidak murni dari virus-nya,” tegas Dr. Daeng.
Di samping tiga kabar baik yang disampaikan, Dr. Daeng juga mengutarakan beberapa kabr tidak baik berkaitan dengan Coronavirus. Pertama, meskipun virus ini keganasannya kurang, namun tingkat penyebarannya luar biasa dibanding dengan virus-virus terdahulu.
“Meskipun dikabarkan sudah mulai menurun, tapi ada yang memprediksi virus ini akan menjadi ‘pandemik’ walau belum terbukti,” ucap Dr. Daeng.
Kabar tidak baik yang kedua, kata Dr. Daeng belum ditemukannya vaksin atau cara pencegahan yang spesifik. Kabar dari WHO (World Health Organization) sekitar tiga bulan ke depan (Bulan Mei) mereka akan menguji-cobakan vaksin Coronavirus ke manusia.
“Mudah-mudahan CDC (The Centers for Disease Control and Prevention) atau WHO akan mempercepat mencari vaksin untuk itu,” harap Dr. Daeng.
Sedangkan kabar tidak baik yang ketiga, Dr. Daeng mengatakan sampai saat ini belum ditemukan obatnya atau anti virus-nya. Oleh karena itu, dari kabar baik dan tidak baik yang disampaikannya sikap bijaksana yang harus dilakukan adalah mencegah diri supaya tidak tertular. Sebab, menurutnya hal itulah yang terpenting bagi kita saat ini.
“Meskipun di Indonesia belum ada terkonfirmasi ada kasus yang terjangkit Coronavirus, secara bijak kita menghindar,” pungkas Dr. Daeng.
Sikap menghidar itu menurut Dr. Daeng ada yang dikerjakan oleh pemerintah dan ada yang dilaksanakan oleh masyarakat. Contohnya pemerintah sudah menutup akses warga negara terjangkit masuk ke Indonesia. Sedangkan untuk masyarakat diharapkan selalu menjaga kebersihan dan satamina tubuh.
Selain Dr. Daeng, acara ini juga menampilkan dr. Anung Sugihantono, M.Kes. (Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI/Dirjen P2P), dr. Widyastuti, MKM. (Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta), Dr. Daeng M. Faqih, SH., MH. (Ketua Umum IDI/Ikatan Dokter Indonesia), Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc. (pengacara, pakar hukum tata negara, politikus, dan intelektual Indonesia), Dr. Ir. Mohammad Yunus,M.Eng. (Taprof Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Lemhannas), KH. Drs Masrur – Ketua Forum ‘Salaman Merapi’ (Silaturohmi Alim Ulama dan Tokoh Lintas Iman) dan dipandu oleh Dr. dr. Norman Zainal, Sp.OT, M.Kes. (RS YARSI) sebagai moderator.(ART)
“Universitas YARSI, Islami dan Berkualitas”