Global Health Diplomacy

Pada 3 dan 4 Oktober 2024 ini saya memfasilitasi kegiatan simulasi atau “role play” dalam acara Training on Global Health Leadership & Diplomacy, yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan dan Universitas Indonesia. Temanya adalah “be an eloquent catalyst for global health resilience”. Tema ini cukup kuat karena meliputi “eloquent” yaitu kemampuan dan kemahiran dan “global health resilience” atau ketahanan kesehatan global. Peserta training adalah staf Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Pelatihan ini mempertegas perlu dan pentingnya menjaga kesehatan global, baik untuk dunia maupun juga untuk kesehatan bangsa kita. Dalam arena kesehatan global maka diperlukan setidaknya tiga hal, kemampuan tehnis kesehatan masyarakat, kepemimpinan (leadership) dan juga kemampuan diplomasi internasional.

Acara diawali dengan masukan dari para diplomat senior Kementerian Luar Negeri yang membahas berbagai aspek diplomasi secara amat rinci, baik secara teoritis
maupun juga pengalaman praktis lapangan selama ini. Bahkan, disampaikan juga hal-hal yang perlu diketahui dalam table manner dll.

Sesudah masukan dari para pembicara maka saya dan Sdr Raditya (diplomat kita yang baru kembali dari penugasan di Perwakilan Tetap Republik Indonesia di Jenewa yang a.l. menangani kegiatan di kantor pusat World Health Organization – WHO) memfasiltasi kegiatan simulasi sidang di WHO untuk membahas satu topik, yang kami pilih adalah tentang Pandemic convention/agreement, yang membahas beberapa artikel terkait.

Peserta dibagi seakan-akan menjadi delegasi dari 9 “negara”, dan ada pula peserta yang di tetapkan seakan-akan mewakili WHO. Simulasi dibagi dalam 4 blok, pertama kegiatan pembahasan di masing-masing negara untuk mempersiapkan bahan, blok ke dua adalah simulasi acara pembukaan yaitu dinamika dan pemilihan Chair of the meeting serta setiap “negara” menyampaikan opening statement nya. Lalu simulasi sampai ke blok ke tiga, yang membahas artikel per artikel dan bahkan paragraf per paragraf. Bahkan dalam simulasi ini juga terjadi semacam “beda pendapat” antar negara dalam negosiasi yang lumayan ketat. Akhirnya sebagian artikel dan paragraf disepakati dan sebagian masih belum disepakati. Blok ke empat adalah semacam acara penutupan pertemuan, bagaimana konklusi akhir yang bisa dicapai dan bagaimana rencana langkah selanjutnya. Selain empat blok itu maka juga ada kegiatan simulasi press briefing.

Peserta nampak antusias mengikuti kegiatan simulasi ini, dan statement yang disampaikan juga cukup berbobot dan tertata baik. Semoga pelatihan ini akan memberi sumbangsih nya pada kepeloporan Indonesia dalam diplomasi kesehatan global, guna kesehatan dan kesejahteraan umat manusia.

Prof Tjandra Yoga Aditama
Cukup lama berkecimpung dalam diplomasi kesehatan global, baik sebagai perwakilan Indonesia maupun sebagai bagian dari WHO