Gedung WHO dan tuberkulosis

Pada 1 November 2024 beberapa hari yang lalu Direktur Jenderal WHO mengadakan temu media tentang tuberkulosis (TB) dunia di kantor WHO Jenewa, di mana saya berfoto ini. Kita semua sudah mengenal WHO, tapi mungkin tidak semua mengenal gedung markas utama organisasi ini. Gedung utama WHO yang bersejarah ini sedang dalam renovasi, dan ada gedung sampingnya yang kini jadi pusat kegiatan sementara, walau pintu masuknya tetap dari gedung di foto saya ini. Gedung ini diresmikan tahun 1966, dan dibangun oleh arsitek ternama Jean Tschumi. Bangunan ini masuk dalam “Geneve architectural heritage”. Karena kegiatan WHO terus meningkat maka gedungnya perlu diperbaiki dan diperluas, jadi sejak beberapa tahun lalu direnovasi total, tetapi arsitektur bangunan dari luarnya tidak diubah.

Disebutkan dalam temu media di gedung WHO ini bahwa di tahun 2023 ada 8,2 juta orang di dunia yang didiagnosis TB, ini adalah angka tertinggi sejak 1995. Berita baiknya, jumlah kematian akibat TB terus menurun dalam dua tahun terakhir ini. Disebutkan bahwa 8 negara di dunia merupakan penyumbang dua pertiga kasus dan kematian akibat TB di dunia. Tentu “sedihnya” negara kita Indonesia ada di peringkat ke dua sesdh China. Urutan ke 3 sampai ke 8 adalah Filipina, Pakistan, Nigeria, Bangladesh dan Republik Demokratik Konggo.
Data lain yang disampaikan adalah bahwa tuberkulosis resisten beberapa obat (“multidrug resistant – MDR TB”) tetap merupakan masalah besar dunia. Angka kesembuhan pasien MDR TB adalah sekitar 68%, tapi hanya kurang dari separuh pasien MDR TB dunia yang berhasil didiagnosis dan memulai pengobatannya.
Sekitar seperempat penduduk dunia diperkirakan sudah terinfeksi kuman TB, hanya memang tidak atau belum jatuh sakit, kecuali kalau nanti daya tahan tubuhnya turun.
Di dunia ini maka 55% pasien TB adalah laki-laki, dan 45% perempuan.
Dalam temu media di gedung WHO ini juga disampaikan bahwa dampak ekonomi TB pada keluarga, yang bisa kehilangan pendapatan sampai 20%.

Data dan informasi TB dunia ini tentu perlu kita ketahui dan kaji mendalam, khususnya karena kita tahu bahwa pengendalian TB menjadi salah satu prioritas penting pemerintahan Presiden Prabowo, yang tentunya akan diimplementasikan dengan seksama. Bahkan, bukan tidak mungkin awal atau sebagian kegiatan utamanya akan dilakukan pada 100 hari pertama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto di 3 bulan pertama ini.

Prof Tjandra Yoga Aditama
Anggota Delegasi Indonesia pada pambahasan aturan internasional tentang Pandemi