Focus Group Discussion (FGD) ini dilaksanakan untuk sharing knowledge bersumber dari peneleitian mengenai pariwisata halal yang sudah dilakukan oleh Prof.Dr.Nurul Huda, SE, MM.,MSi (Ketua Prodi Magister Manajemen, Guru Besar FEB dan Wakil Rektor IV Universitas YARSI). Hal ini disampaikan oleh beliau sendiri selaku pemantik dalam acara FGD Pariwisata Halal di Sulawesi Selatan (Sulsel) Selasa (1/12/2020) yang dilaksanakan secara daring melalui aplikasi teleconference Zoom.
Acara ini yang diselenggarakan Universitas YARSI bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Sulawesi Selatan, kampus yang berlokasi di Indonesia timur, berikut dengan stakeholder (pengambil kebijakan, pelaku industri pariwisata, akademisi, dan lainnya) yang berkaitan dengan topik tersebut, diikuti oleh 21 penanggap forum.
Acara dibuka oleh pemaparan hasil riset Prof.Dr.Nurul Huda, SE, MM.,MSi. pada tahun 2019. Beliau menyampaikan bahwa riset ini menggunakan pendekatan Analytic Network Process (ANP), yaitu interaksi dan wawancara langsung pada pihak-pihak yang terkait dengan pariwisata dilanjutkan dengan pengisian kuesioner skala 9 yang merupakan tahapan penelitian ANP.
Selanjutnya beliau menambahkan, “gambaran posisi Indonesia dalam Global Islamic Economic Indicator sudah masuk dalam ranking 4 pada tahun 2020 yang sebelumnya di posisi ranking 5 pada tahun 2019. Pada hari ini disampaikan pengembangan model dynamic process untuk mengembangkan pariwisata halal pada daerah tertentu dengan harapan ada hasil yang dapat diperoleh dari metodologi tersebut yang dipandu oleh Ariel Nian Gani, M.Phil., M.Sc.(fasilitator) dan Nova Rini, SE., M.Si (pembawa acara) dalam acara ini.
Dilanjutkan dengan sambutan mengenai penyampaian kondisi pariwisata halal Sulsel oleh Dra. Hj. Djamila Hamid (DInas Kebudayaan dan Kepariwisataan Sulawesi Selatan), Sulsel termasuk dalam salah satu dari 10 provinsi destinasi wisata halal di Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim sebesar 7,2 juta jiwa dari jumlah total penduduk 8 juta jiwa.
Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Sulawesi Selatan dipercaya oleh pemerintah untuk melakukan sosialisasi pariwisata halal yang merupakan program prioritas Provinsi Sulawesi Selatan pada seluruh lapisan masyarakat. Pada dua tahun terakhir, sosialisasi sudah dilakukan pada tingkat provinsi, dilanjutkan pada Kabupaten Bone pada awal Desember 2020. Beliau menambahkan, di Sulsel terdapat kesalahpahaman tentang pariwisata halal khususnya di daerah Toraja dikarenakan mereka khawatir untuk merubah kebiasaan tradisi yang ada, padahal intinya wisata halal melayani seluruh wisatawan Muslim dan Non-muslim. Dengan adanya FGD ini mudah-mudahan dapat memperluas pengenalan dan saran mengenai wisata halal Sulsel pada masyarakat kedepannya.
Setelah pemaparan, dilanjutkan dengan pengumpulan ide prioritas dari para penanggap forum mengenai hal yang dapat mengembangkan pariwisata halal di Sulsel yang kemudian diterapkan pada model dynamic pengembangan riset ini. Salah satu penanggap, Supriadi, S.E.I., M.E.I. (Dosen UIN Alauddin Makassar) menuturkan bahwa pariwisata halal di Sulsel harus didukung oleh sumber daya manusia yang mumpuni, seperti kerja sama dengan masyarakat sekitar untuk menjadi volunteer penyebaran informasi tentang wisata halal.
“Bukan tidak mungkin pembukaan program studi pariwisata syariah di kampus sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, namun butuh waktu kurang lebih 4 tahun untuk mencetak tenaga berkualitas seperti itu,” pungkasnya.
Penanggap lainnya, Trimulato,SEI.,M.Si (pengguna hotel syariah) menyampaikan “kebijakan pemerintah pusat harus mengakomodasi pengetahuan mengenai sosialisasi pada masyarakat, bahwa dengan adanya pariwisata halal tidak bermaksud “menyusahkan” atau menggantikan budaya/kearifan lokal,” imbuhnya.
Penanggap lainnya Akbar (Dosen UIT) menyampaikan bahwa dari sarana prasarana, istilah, dan kehalalan dari makanan perlu diberikan sertifikasi untuk destinasi halal di Makassar, karena banyak dari pemilik Non-muslim dari gerai wisata halal. Ke depan, harus dikelompokkan destinasi halal di Sulsel sehingga memberikan kenyamanan bagi seluruh wisatawan. Hal ini bukan hanya berkaitan pada pemberi jaminan sertifikasi, namun para pendakwah juga berkontribusi karena kehalalan dari tiap sesuatu menjadi tanggung jawab setiap Muslim.
Penanggap lainnya, Dr. Nasrullah bin Sapa, Lc., MM (Pendakwah) menyampaikan “adanya kebingungan diantara peristilahan di masyarakat mengenai wisata halal, wisata syariah, wisata Islami agar sosialisasi berjalan optimal.” Selain itu ada keterlibatan ulama sebagai influencer setempat untuk mencetak sumber daya manusia agar bersinergi dengan hal yang berkaitan dengan wisata halal,” imbuhnya.
Setelah rangkaian acara terakhir dari FGD Pariwisata Halal Sulsel berakhir maka dirumuskan model yang bersumber dari masukan para penanggap untuk meningkatkan pariwisata halal di Sulsel yang dipandu oleh fasilitator melalui pengolah data super decision. Prof. Dr. Nurul Huda, SE, MM.,MSi menyoroti 3 masalah utama dalam riset ini diantaranya pihak pemerintah, masyarakat, dan infrastruktur disamping mengenai hal promosi.
Selanjutnya, beliau dan tim riset menyampaikan ucapan terima kasih pada seluruh stakeholder dan penanggap yang telah berkontribusi pada acara ini. Beliau menambahkan, “semoga riset ini dapat bermanfaat dalam peningkatan pariwisata halal di Sulsel dan menjalin silaturahim antar sesama.”
“Universitas YARSI, Islami dan Berkualitas”