1 Maret hari ini kita semua memasuki Ramadhan 1446 H. InshaAllah kita dapat menjalankan ibadah puasa dengan baik dan utamanya amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT.
Tentu ada saja anggota masyarakat yang punya berbagai masalah kesehatan. Berikut ini disampaikan empat pesan atau tips yang dapat dilakukan oleh memiliki berbagai penyakit atau gangguan kesehatan paru dan pernapasan, baik dalam bentuk penyakit Asma Bronkial, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) seperti bronkitis kronik atau emfisema atau juga berbagai bentuk infeksi atau radang Paru, agar masalah kesehatannya dapat terkontrol baik.
Pertama, pentingnya gizi yang berimbang dengan kesehatan paru. Untuk ini maka pada berbuka puasa jelas harus minum banyak air, atau ditambah susu juga akan baik. Hal ini akan membantu proses rehidrasi pada hari itu, ini penting bagi kesehatan paru karena kekentalan mukus di dalam saluran napas akan berhubungan dengan tingkat dehidrasi atau rehidrasi tubuh kita. Sebaiknya dihindari minuman bersoda atau minuman aditif lain. Selain minuman maka makanan yang dianjurkan untuk berbuka puasa adalah makanan rendah lemak serta makanan yang mengandung gula alami. Makanan dalam bentuk sup juga dianjurkan serta tentu buah dan berbagai jenis kurma yang kini mulai banyak dijumpai. Sementara itu untuk makan sahur memang dianjurkan karbohidrat seperti beras atau roti, sebaiknya dipilih yang berserat tinggi atau jenis “wholegrain” karena akan memberi rasa kenyang lebih lama.
Ke dua adalah tentang aktifitas fisik. Mungkin memang ketika sedang berpuasa maka kemampuan olahraga berat akan berkurang. Tetapi amat tetap dianjurkan melakukan aktifitas fisik sesuai kemampuan kita, dan ini akan sangat bermanfaat bagi kesehatan paru. Khusus mereka dengan kondisi paru tertentu maka dapat dilakukan tehnik tertentu seperti aerobik bertahap (“step-by-step aerobic”) dll.
Hal ke tiga adalah tentang konsumsi obat untuk penyakit paru yang dialami. Yang jelas maka kalau memang oleh dokter diharuskan konsumsi obat maka harus disikapi sesuai dengan pola puasa kita. Kalau obat tiga kali sehari misalnya maka dapat diminum pada waktu berbuka, mau tidur malam atau sesudah sholat Tarawih dan sekali lagi waktu sahur. Kalau obatnya dua kali sehari maka dapat dikonsumsi waktu buka dan sahur. Penggunaan obat inhaler yang dihisap / disemprot ke mulut untuk masuk ke paru juga seringkali jadi perdebatan, apakah membatalkan puasa atau tidak. Salah satu upaya menyikapinya adalah dengan menggunakan yang kerja panjang (“long acting”) yang dapat digunakan sesudah berbuka dan sebelum sahur misalnya. Kadang-kadang juga ada yang mempertanyakan penggunaan oksigen, kalau sesekali dan terkontrol baik maka tentu masih dapat ditolerir, tetapi kalau sakitnya sudah cukup parah dan memerlukan oksigen yang intensif maka mungkin perlu pertimbangan lebih lanjut.
Pesan ke empat bersifat lebih umum, untuk para perokok. Ketika puasa maka para perokok tentu berhasil tidak merokok sejak sahur sampai datang waktu berbuka, dan itu lebih dari 12 jam lamanya. Marilah gunakan momentum yang baik ini untuk tetap terus tidak merokok di sore dan malam hari, dan juga nanti sesudah Iedul Fitri, sehingga bulan puasa tahun ini menjadi saat berharga bagi kesehatan para perokok karena berhasil berhenti merokok sepenuhnya.
Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI
Adjunct Profesor Griffith University, Brisbane Australia
Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)