Sekarang tidurnya Dr. drg. Chaerita Maulani Sp.Perio (Doktor Chaerita) sudah kembali nyenyak dan bicaranyapun sudah banyak senyum. Pasalnya perhelatan Studi Banding dan Kuliah Umum International Islamic University Malaysia(IIUM) di Universitas Yarsi , Jumat,(3/5/24) sukses digelar. Sebagai ketua panitia kewajibannya sudah ditunaikan.
Alumnus Doktoral Universitas Indonesia mengatakan, suksesnya acara karena ada dukungan dan kerjasama keluarga besar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Yarsi (FKGUY) , Dekan FKGUY , Rektor Universitas Yarsi dan Yayasan Yarsi.
Terima kasih kepada Associate Professor Dr. Yunita Dewi Ardini, drg,Sp.KGA (Prof Yunita) dan Associate Prof.Dr.Widya Lestari, DDS, M.DSc,Ph.D (Prof Widya) dari IIUM datang ke Universitas Yarsi memberikan pengetahuannya kepada mahasiswa dan dosen FKGUY
Menurut Doktor Chaerita kedatangan kedua professor IIUM dan Ahmad Faisal Ismail- Deputy Dean Student Development and Community engagement serta Muhd Firdaus Che Musa; deputy dean academic and internationalization bagian kelanjutan kerjasama dari FKGUY ke IIUM sebelum ada perjanjian .
Selanjutnya, mahasiswa FKGUY diikutsertakan dalam International e-quiz online mahasiswa kedokteran gigi diadakan IIUM bekerjasama Universitas Gadjah Mada dan dalam waktu dekat 2024 ini akan mengundang FKG Yarsi ikut cerdas cermat ( e-quiz )
Kepada mahasiswa FKGUY manfaatkan kesempatan ini sebagai tambahan pengetahuan dengan saling tukar pengalaman bersama mahasiswa IIUM serta jadikan persahabatan. “ Acara ini sangat berharga tidak bisa diulang masa muda ukirlah dengan kegiatan berharga.,” tutup Doktor Chaerita
Dalam kuliah umum itu ,Prof Yunita membawakan materi berjudul Breaking the ties: Frenotomy as a solution to tongue tie challenges in babies.
Menurutnya bayi-bayi lahir dengan lidah menempel di dasar mulut, itu sulit menyusu. Bayi menjadi rewel dan ibu menyusui pun jadi kesakitan karena hisapan bayi tidak sempurna. Solusinya bayi itu harus dioperasi perlekatan lidah di dasar mulutnya, supaya bisa menyusu lagi dengan sempurna. Tindakan operasi ini bisa dilakukan empat hari setelah lahir, tanpa anestesi lokal.
Prof Yunita yang juga alumnus Doktoral dari Universitas Airlangga mengingatkan, bagi peserta mahasiswi nanti jadi calon ibu dan dosen sudah menjadi ibu perhatikan kejadian lidah menempel pada bayi.
Hati-hati jangan lengah , karena sangat berpengaruh kualitas hidup bagi bayi dan ibu. Selain itu,kalau abai bayi kekurangan gizi.
Selanjutnya kalau kita tidak tahu terkait kejadian lidah menempel atau lidah pendek jangan sok tahu. “Coba tanya atau konsultasi pada orang ahlinya (spesialis atau dokter sudah pengalaman),” Prof Yunita
Prof Yunita yang juga dokter spesialis gigi anak, lidah pendek pada bayi merupakan lidah tidak bisa bergerak kesana sini. Saat proses menelan lidah harus naik keatas langit-langit. Bayi dengan lidah pendek tidak bisa kelangit-langit, akhirnya gak bisa menelan asi dan tak bisa menyusu dengan benar. “Perawatannya merubah posisi menyusu,” terangnya
Pengetahuan lidah pendek pada bayi sangat penting dipelajari ,meski bukan dokter umum, bagi dokter gigi menjadi ilmu bermanfaat.
Diakhir presentasinya, Prof Yunita memberikan jurus sukses jadi dokter gigi. Rajinlah membaca buku teks dan yang profesi semangat belajar dan jangan nyerah serta yang sangat penting jangan lupa banyak berdoa
Sementara Prof.Widya bicara Navigating the path to publishing impactful scientific articles. Inti presentasinya bikinlah sesuatu tulisan ilmiah menarik untuk diri kita dan orang lain .”Jangan menarik untuk diri sendiri,”cakapnya
Prof Widya panggilan bersahabat Associate Professor dari IIUM mengatakan, kalau menulis tulisan ilmiah atau skripsi bikin sesuatu menarik. “ Menarik bukan untuk diri sendiri belum tentu menarik untuk orang lain.” jadi bikin seperti orang lain mau yaitu informatif dan perlu usaha sungguh dan harus ada motivasi.,” tutup Prof Widya yang juga Ph.D (Molecular Biology), Tokyo Medical and Dental University, Japan,
Sedangkan Dekan FKGUY, Prof Dr.Bambang Trenggono drg, MBiomed sebagai tuan rumah juga memberikan pengetahuan tentang seni pada dokter gigi (drg). Jadi seorang drg itu selain dokter juga seorang seniman, itu dibuktikan saat merawat seorang pasien kembali menjadi fungsional dan baik secara estetik (usman)