Lily di usia 14 bulannya sudah “melakukan kunjungan keluar negeri” ke Australia, dalam hal ini Melbourne. Saya dan istri sempat juga beberapa hari menemani cucu Lily ini di Melbourne, dalam perjalanan ke Sydney untuk saya menghadiri Global Health Security Conference di Juni 2024 ini.
Lily bisa ke Melbourne karena Ibunya (yang anak saya) memang menghadiri peringatan ulang tahun 150 tahun kantor tempat kerjanya, Orica, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dan memang berpusat di Melbourne. Salah satu bidang usahanya adalah dukungan pada beberapa pertambangan skala besar di negara kita.
Untuk orang tua (dan kakek neneknya) maka tentu pengalaman pertama juga membawa bayi 14 bulan ini “jalan-jalan” ke luar negeri. Ada tiga pengalaman menarik di bandara. Pertama, ternyata orang tuanya lupa mengisi kartu imigrasi untuk si bayi ini, dikiranya tidak perlu. Waktu sampai di loket imigrasi (sedudah mengantri) maka diberitahu harus diisi, terpaksa keluar dari antrian dan mengisi dulu, lalu antri lagi. Ke dua, sambil mengisi kartu imigrasi bayi maka baru sadar bahwa salah satu tas bayi ketinggalan di pesawat, dan untungnya sesudah diurus maka bisa diambil dari kabin pesawat.
Yang ketiga, sesudah selesai “huru hara” tidak mengisi kartu imigrasi dan ketinggalan tas maka akhirnya kami semua, bayi, Ayah Ibunya dan saya Kakek dan Neneknya keluar dan sampai di ruang tunggu kedatangan, dan baru sadar bahwa kereta bayi (“stroller”) yang dibawa dari Jakarta ternyata belum kami ambil dari tempat bagasi kedatangan. Tentu kami tidak bisa masuk ke dalam ruang bandara lagi, tetapi untungnya pelayanan “lost and found” bandara Melbourne amat profesional dan amat membantu. Mereka mengambil dari dalam ruangan kedatangan dan memberikannya kepada kami. Pengalaman ini tentu berguna bagi orang tua (dan Kakek Nenek) yang membawa bayi, harus diingat secara detail barang bawaan supaya jangan ada yang ketinggalan.
Selama di Melbourne maka Lily senang-senang saja, dan tiap hari jalan-jalan di stroller dengan baju tebal karena suhu lumayan dingin, di bawah 5 derajat celsius, bahkan pernah minus 1 derajat di pagi hari. Jadi Lily 14 bulan ini sudah “menikmati” berbagai obyek wisata Melbourne, termasuk sungai Yarra, Swanston Street, stasiun Flinders, Victoria Market, Brighton Bath box dan juga kebun binatang Melboune zoo yang ada area kupu-kupu yang diberi penghangat ruangan agar ratusan kupu-kupu dapat tetap beterbangan di musim dinginnya Melbourne. Saya jadi ingat pernah ke kantor CDC (Center of Disease Control) Amerika Serikat di kota Atlanta dimana mereka juga ada ruangan laboratorium yang di beri pemanas untuk memelihara berbagai jenis nyamuk yang mungkin berhubungan dengan penyakit pada manusia.
Nah, dalam perjalanan pulang dari Melbourne ke Jakarta rupanya Lily yang banyak senyum dan tidak nangis dalam 6 jam penerbang jadi “disenangi” para pramugari Garuda kita yang amat ramah. Sesudah pesawat tiba di bandara Soekarno Hatta dan semua penumpang turun, Lily si bayi 14 bulan ini Alhamdulillah “diberi kesempatan” masuk ke kokpit dan berpose serta berfoto di kursi pilot pesawat Garuda tercinta kita. Saya saja yang sudah berumur hampir 70 tahun dan entah sudah berapa puluh kali naik pesawat ke berbagai negara, belum pernah berfoto dalam kokpit penerbangan internasional.
Foto di kokpit tentu betul-betul “pengalaman” tak terlupakan bagi bayi Lily ya, walaupun sekarang mungkin dia belum mengerti. Foto dan cerita ini tentunya InsyaAllah akan jadi memori digital kenangan indah ketika Lily sudah besar kelak.
Prof Tjandra Yoga Aditama
Menemani Cucu Lily ke Melbourne dalam perjalanan mengikuti Konperensi Ketahanan Kesehatan Global 2024