Musim pemilihan umum ,stunting jadi seksi dan bagian pusat perhatian. Bukan hanya calon legislatif kabupaten, kota dan pusat saja, calon presiden dan wakil presiden 2024-2029 ikut berkonsentrasi dan menjadikan program prioritas.
Stunting merupakan gangguan tumbuh dan kembang anak.Penyebabnya akibat kekurangan gizi kronis , infeksi berulang serta stimulasi lingkungan kurang mendukung.
Stunting itu masalah masyarakat, pola hidup makan, berkeluarga, hidup sehat dan lingkungan.” Kesemua ini masalah perilaku, gak bisa diselesaikan dokter dengan kasih obat,” ujar Ketua Pembina Yayasan Yarsi, Prof. dr.Jurnalis Uddin, P.A.K , kemarin.
Lebih lanjut Prof Jurnalis mengatakan,di Jawa Barat ada banyak perkawinan dini. Anak perempuan 9 tahun dan laki-laki 11 tahun dikawinkan. Karena orang tuanya mengikuti anjuran kyai yang berpendapat sunnah. Padahal jika terjadi perkawinan belum dewasa, maka akan muncul aneka resiko kesehatan terhadap anak, ibu dan lingkungan.
Menurut Prof Jurnalis ,ini perilaku hidup berkeluarga dan tentu akan menimbulkan masalah. Terutama gizi anak dilahirkan dari ibu berusia dini. Tentunya peristiwa ini diluar kemampuan dokter,lurah, walikota dan bupati.Solusinya untuk cegah stunting dan sehat ,orang tua harus diedukasi,
Peristiwa ini bukan kisah turunan,tapi pendidikan orang tua harus diedukasi. “Kehadiran fakultas kedokteran(FK) dan prodi terkait merupakan kontribusi Universitas Yarsi mengatasi stunting,” tutur Ketua Pembina Yayasan Yarsi,
Prof Jurnalis menambahkan,tahapan pendidik untuk stunting, tidak hanya gizi saja,tapi masalah pendidikan kesehatan termasuk anak ibu dan lingkungan atau disebut pendidikan berkelanjutan. Jadi kalau mau tanggulangi stunting , lalukan pendekatan kekeluargaan,adat ,kebiasaan dan agama.
Umumnya dokter tidak dibekali ilmu itu, tapi lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi (FKUY) , dibekali ilmu kedokteran juga mereka dibekali wawasan pendekatan kekeluargaan, adat dan agama (ruhul Islam)
Penanganan stunting tidak bisa berdiri sendiri. Di desa harus ada pembinaan dari lurah, kepala desa kepada para keluarga. “Tidak kalah penting dilakukan perbaikan ekonominya,” ingat Guru Besar FKUY.
Profesor alumnus FK Universitas Gadjah Mada dan Universita Indonesia menyatakan, jika seorang sudah stunting mengatasinya susah. Jadi terpenting pencegahan. Jangan kasih obat, apalagi obatnya mahal, orang tidak sanggup. Untuk mendapatkan gizi sehat, bisa murah dari tempe dan tahu. “Tidak harus mahal,”ungkapnya.
Salain itu stunting tidak bisa diurus tenaga kesehatan saja. Harus bersama masyarakat dan perlu pembinaan keluarga mulai dari bayi hingga tua selalu ada informasi tentang kesehatan,terpenting jangan putus edukasi.
Pesan Prof Jurnalis kepada masyarakat dalam pencegahan stunting minimal tiga jurus. Pertama mencegah perkawinan dini, karena perkawinan dibawah umum banyak resiko. Kedua kalau sudah berkeluarga harus berusaha cari ilmu dan belajar, termasuk mengetahui kehamilan ( mulai sebelum hamil, mulai hamil, saat hamil hingga melahirkan ). Ketiga saat melahirkan harus ditangani tenaga ahli kesehatan terlatih dan termasuk jika sakit harus segara diobati pergi ke dokter atau puskesmas
Jurus lainnya meredam stunting agar capai taget 14 persen, Universitas Yarsi menjermput bola. Yarsi membina keluarga sehat dalam macam aspek yang diperlukan. Mulai kebersihan,gizi, pemeriksaan kehamilan yang baik serta bukan hanya anak diobati , tapi juga keluarganya.
Memerangi stunting tidak diujung tapi harus dipangkal. Jangan sudah terjadi stunting baru datang mengurusinya. “Kedepan urus stunting tidak boleh terlambat,” tutup Prof Jurnalis (usman)