Cap Stempel merah “mencari” tuberkulosis

Saya dan team berkunjung ke Manila pada awal Desember ini, dalam rangka proyek “Airborne Infection Defence Platform (AIDP)”, suatu proyek kerjasama ASEAN dan pemerintah Amerika Serikat. AIDP ini punya dua kegiatan utama, pertama memperkuat program TB di negara-negara ASEAN, dan ke dua bahwa penguatan program TB ini juga akan amat diperlukan untuk kesiapan dan respon menghadapi kemungkinan pandemi mendatang yang akan dalam bentuk penularan infeksi melalui udara (“airborne infection”).

Kami antara lain mengunjungi salah satu Puskesmas di Ibukota Filipina, yaitu Puskesmas Dagupan di kota Manila. Ternyata semua pasien yg datang ke semua Puskesmas di Manila, apapun juga sakit dan keluhannya, maka di kertas catatan rekam mediknya di bubuhi cap merah. Isinya adalah empat pertanyaan apakah pasien ini punya gejala ke arah tuberkulosis (TB), yaitu batuk, demam dan berat badan yang tidak jelas penyebabnya dan juga ada tidaknya keringat malam. Lalu di bawahnya ada pertanyaan apakah gejala-gejala itu sudah dua minggu atau tidak. Kalau sudah kebih daru 2 minggu maka tentu mengarah ke kemungkinan tuberkulosis.

Juga ada lima pertanyaan faktor risiko ke arah TB. Pertama tentang riwayat penyakit TB terdahulu, ke dua adakah kontak erat dengan pasien TB, ke tiga mencakup ada tidaknya empat penyakit yaitu Diabetes Mellitus, Kanker, Penyakit Ginjal lanjut, dan HIV/AIDS. Faktor risiko ke empat yang juga ada ditanyakan adalah apakah usia lebih 60 tahun dan ke lima apakah masuk dalam kelompok ekonomi terendah (“poorest of the poor”). Kalau ada faktor risiko yang sesuai maka akan makin memperkuat kemungkinan pasiennya dicurigai TB, bila ada gejala yang sesuai.
Kalau ada yg positif dicurigai TB maka dia (walau tadinya datang utk sakit apapun juga) maka akan diarahkan utk pemeriksaan GenXPert suatu Tes Cepat Molekuler (TCM) dan atau foto Ronsen dada untuk menemukan ada tidaknya tuberkulosis pada pasien itu. Kalau ditemukan TB maka akan langsung diobati tentunya, dengan angka keberhasilan lebih dari 90%.

Sekali lagi ditegaskan bahwa pertanyaan gejala dan faktor risiko TB ini ditanyakan pada semua pasien yang datang ke Puskesmas Manila, walaupun keluhannya gatal saja misalnya, atau sakit lutut, gangguan penglihatan dll yang tidak ada hubungan dengan TB. Dengan membubuhkan stempel merah seperti ini maka ditunjukkan bahwa TB merupakan prioritas penting sehingga penemuan kasus TB dapat lebih intensif. Ini suatu hal yang dapat dipertimbangkan di negara kita, apalagi pengendalian TB merupakan salah satu prioritas penting pemerintah Presiden Prabowo.

Semoga pengendalian TB di negara kita akan makin baik di waktu mendatang.

Prof Tjandra Yoga Aditama
Senior Project Leader, AIDP