Buya Gusrizal bicara, Universitas Yarsi Wujudkan Pendidikan Uswahtun Hasanah

Potensi umat telah dikerahkan untuk mewujudkan harapan dari dakwah, hasilnya belum terwujud. Ukurannya data negatif tetap tinggi, diantaranya narkoba, berbagai penyimpangan termasuk kejahatan, lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT).

Sebagai Da’i, para pendakwah hendaknya merasa malu. Tidak diketahui berapa habis potensial dana umat membiayai dakwah perminggu atau perbulan, menyediakan makanan, minuman, transportasi dan lainnya, termasuk amplop pendakwah. Penyebabnya tak ada evaluasi.

“Evaluasi menjadi penting dilakukan para Da’i.” tutur Ketua Majelis Ulama Indonesia Sumatera Barat (MUI-Sumbar), Dr. Gusrizal Gazahar, Lc, M.Ag dalam Kajian Islam Tematik Universitas Yarsi, tadi pagi.

Pemaparan Buya Gusrizal, sapaan akrab Ketua MUI-Sumbar adalah bagian dari tema Rasulullah SAW Tidak Pernah Wafat dalam Keteladanan.

Selanjutnya Buya Gusrizal mengatakan, “karena tak ada evaluasi, jangan-jangan dibicarakan para Da’i hanya dokrin (bid’ah) dan tidak bid’ah. Semestinya para dai mengingatkan umat tentang keteladanan Nabi Muhammad SAW.”

Keteladanan itu tidak satu aspek, tetapi menghimpun seluruh sisi kehidupan Rasulullah SAW. Apabila didalami dan diselami, maka orang itu akan menemui keteladanan paling baik (Uswahtun Hasanah).

Ditambahkannya, keteladan jangan satu sisi. Misalnya ibadah saja atau akhlak saja, sementara sisi lain tidak. Padahal keteladanan Rasullullah ada dua.

Adanya kesempurnaan teladan dan keteladanan bukan hanya satu aspek. ”Orang mengikuti keteladanan Rasulullah SAW akan memiliki teladan dalam hidupnya,” ujar Alumnus Fakultas Syariah Wa al-Qonun Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir.

Ini yang maksud Rasulullah SAW tidak pernah wafat. “Secara fisik Muhammad SAW wafat  tetapi dalam Keteladanan tidak pernah wafat,” tegas Ketua Bidang Fatwa, Hukum dan Perundang-undangan MUI -Sumbar tahun 2015.

Buya Gusrizal menyatakan, masih terkait keteladanan Nabi Muhammad SAW, hingga kini kita harus hati-hati dengan Islam Washotiyah atau Islam moderat membicarakan Islam dalam salah satu karakter saja atau terpisah-pisah.

Karena moderat itu akan diseret oleh orang ke kiri atau ke kanan. Padahal Islam itu utuh, jika dikaji pasti semua orang menemukan Islam itu tidak satu karakter, tapi utuh robbaniyah illahiyah, maknanya agama ini, tidak boleh lari dari alquran  (wahyu Allah). Para ulama menyebutnya keberimbangan dan keadilan menemui keteladanan Uswahtun Hasanah.

Dalam Kajian di Yarsi banyak pengetahuan dan wawasan menjadi pencerahan hidup disampaikan Buya Gusrizal.

Menurut Alumnus Doktor Universitas Imam Bonjol, Padang, program kajian tematik Yarsi bersifat aktual membahas perkembangan keumatan merupakan bukti Universitas Yarsi telah menjalankan integrasi, harmoni dan pengabdian untuk mewujudkan pendidikan keteladanan Uswahtun Hasanah.

Sistem pendidikan Ruhul Islam di Universitas Yarsi harus lebih sering disosialisasikan, sehingga tidak ada lagi dikotomi keilmuan (ilmu agama dan ilmu umum harus Bersatu). “Tidak ada batasan waktu melaksanakan pengabdian,” tutup Buya Gusrizal.

Kajian tematik Buya Gusrizal luar biasa peminatnya, selain Rektor Universitas Yarsi, Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D dan Ketua Pengurus Yayasan Yarsi, Prof. dr. Jurnalis Uddin, PAK, para peserta rela hadir mendengar pencerahan dengan berdiri dari awal hingga akhir.

Dua petinggi dan Guru Besar Universitas Yarsi ini berharap Doktor Gusrizak tak tampil sekarang saja, tapi bisa rutin berseri (usman).

One thought on “Buya Gusrizal bicara, Universitas Yarsi Wujudkan Pendidikan Uswahtun Hasanah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *