Baiat Dokter FKUY Tampil Beda, Mustufa Punya Kisah

Sumpah (Baiat) dokter muslim Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi (FKUY) telah berlangsung. Perhelatan kali ini ada tampilan berbeda.

Selama ini baiat ke baiat sudah jadi rutinitas fakultas kedokteran. Acara selalu dimulai masuknya anggota senat kedokteran Universitas Yarsi kedalam ruang sidang. Lalu nyanyikan Indonesia Raya, pembacaan Alquran, pembacaan yudisium, pembacaan lapal baiat dokter muslim oleh dekan, pembacaan perilaku dokter muslim, penyerahaan kenang-kenangan dari dekan kepada peserta baiat hingga diakhiri aneka sambutan.

Tampilan baru itu berupa adanya pengumuman peraihi indeks prestasi kumulatif (IPK) terbaik program studi kedokteran bagi mahasiswa aktif sedang menempuh pendidikan. Penyebutannya dilakukan sebelum sambutan-sambutan.

Wakil Dekan I Fakultas Kedokteran, dr. Miranti Pusparini, M.Pd (Ked) menyebutkan perhelatan kali ini adanya pengumuman para mahasiswa peraihi IPK terbaik. Dimulai tahun pertama hingga tahun keempat.

Semester ganjil tahun akademik 2022/2023, Tahun I, diraihi Ahmad Reza Rafi Ganta dengan IPK 4.00, Tahun II direbut Mustufa dengan IPK 3,95, Tahun III Najla Nur Asyifa dengan IPK 3,81 dan Tahun IV direbut Muhammad Achmad Yani dengan IPK 3,93.

“Mereka peraih IPK terbaik dalam kenduri ini menerima sertifikat penghargaan dan beasiswa prestasi akademik,” terang dokter Miranti.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi, Prof. dr. Rika Yuliwulandari, M.Hlt.Sc, Ph.D, Sp.KKLP mengatakan, jangan dinilai berapa besar pemberian FKUY, namun jadikan itu penghargaan sebagai pemacu semangat lebih giat belajar.

Ditambahkan Ibu Dekan, Insya Allah kedepan hari, pemberian penghargaan ini akan dibudayakan saat baiat dokter muslim. Sehingga adik-adik menyaksikan baiat lebih semangat belajar, tepat waktu dapat menularkan kepada teman-teman.

Prof Rika senang melihat keberhasilan adik-adik sedang menempuh Pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi (FKUY) berhasil pula meraihi IPK tertinggi dimasing-masing Angkatan. “Perolehan prestasi ini selain bermanfaat dirinya sendiri tetapi juga pada teman-temannya,” ujar Prof Rika.

Dengan keberhasilan ini, adik-adik mahasiswa lebih berprestasi untuk dirinya sendiri atau menularkan teman-teman terutama bagi tertinggal dari sisi akademik. Empat Mahasiwa FKUY ini menjadi role model bisa membantu teman-teman, “Atas keberhasilannya diberi sertifikat beasiswa 1 semester,” ujar Ibu Dekan berhijab.

Serupa dengan dekan, Rektor Universitas Yarsi, Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D mengucapkan selamat kepada para dokter sudah baiat dan kepada para mahasiswa FKUY memperolah IPK tertinggi.

Perolehan nilai tertinggi ini bukan saja kegembiraan bagi mahasiswa tetapi juga keluarga dan anggotanya. “Bapak dan Ibu tentu bahagia melihat putra putrinya meraihi IPK tertinggi,” seru Prof Fasli.

Menurut Rektor Universitas Yarsi, para dokter baru dari FKUY tentunya sudah lulus mengatasi berbagai tantangan selama menjadi mahasiswa, termasuk membagi waktu. Kedepannya siap menjalani internship sebagai dokter umum, setelah itu berkarir dengan gelar dokter. Bisa sebagai dokter umum di rumah sakit atau bidang lain sesuai minat dan cita-cita.

Kepada para Ananda Mahasiswa kedokteran IPK tertinggi tentunya juga telah lulus mengatasi tantangan per semester. “Proses pendidikan kedokteran belum usai, jangan lupa terus berjuang dan ikhtiar hingga lulus dengan nilai lebih tinggi,” pesan Prof. Fasli

Mustufa, salah satu mahasiswa FKUY tahun kedua meraih IPK tertinggi, 3,95, membagi kisah. Sebagai mahasiswa kedokteran tugas saya belajar seperti teman-teman lainnya. “Alhamdulillah tidak menyangka, mendapat IPK tertinggi,” cakapnya.

Mustufa bertekad, mulai kini akan terus meningkatkan IPK di semester depan dan tetap mempertahankan nilai sembari memperoleh prestasi lainnya.

Putra dari Bapak Zainal Abidin ini tidak punya kiat khusus. Cara belajar biasa, menyicil materi telah dikuliahkan dosen, sehingga saat waktu ujian sudah dekat saya mampu menguasai materi dengan baik. Kemudian satu hari sebelum perkuliahan saya sudah membaca materi terlebih dulu. Sehingga saat waktu mendekati ujian, hanya review kembali materi sudah dipelajari dan menggali materi belum saya pahami.

Mustufa bercerita, tidak bisa dipungkiri banyak sekali godaan membuat lalai dalam belajar. Contohnya seperti menonton, bermain, dan keinginan untuk berkumpul dengan teman-teman.

Karena kuliah sudah punya tujuan, godaan itu dilawan terus. Lalu berupaya meningkatkan kualitas diri dengan disiplin membagi waktu, antara belajar, bermain, dan istirahat. “Semua itu termasuk self-management, harus memprioritaskan sesuatu lebih utama,” terang Putra asal Pontianak, Kalimantan Barat.

Lebih lagi Mustufa menyatakan, tantangan belajar di FKUY adalah membagi waktu antara belajar dan berorganisasi. Alhamdulillah sejauh ini saya bisa menangani masalah akademis dan non-akademis, meskipun ada saatnya saya merasa cukup stress. “Teruslah beribadah, Insya Allah semua akan lancar saja, “ ujar Mustufa putra dari Ibu Shamina.

Mustufa mengatakan, semester awal di fakultas kedokteran, biokimia dan perhitungan merupakan materi sangat sulit dipelajari. Namun melalui istiqomah belajar dan pantang menyerah kesulitan bisa teratasi. “Saya juga sering bisa bertanya kepada dosen dan teman lebih menguasai,” tambah Mustufa yang sejak kecil ingin jadi dokter.

Menjadi dokter sudah menjadi cita-cita sejak kecil. Mustufa kagum dengan orang-orang mengenakan jas putih dan mengobati pasiennya hingga sembuh. Karena itu masuk belajar di fakultas kedokteran dan orang tua mendukung.

Mustufa ingin menjadi dokter taat agama dan berakhlak mulia, FKUY jadi pilihan karena di Universitas Yarsi dalam belajar kedokteran diajarkan ilmu Ruhul Islam. (usman)