Asosiasi Akademisi dan Saintis Indonesia (ASASI) Jakarta Raya gelar Seminar Tinjauan Kritis Mutu Pendidikan Indonesia di Era Merdeka Belajar, Minggu (29/9)di Universitas Yarsi.
Ketua Umum Asasi Pusat ,Prof.dr.Apt Elfahmi,M.Si (Prof Elfahmi) mengatakan, Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) ini jangan didefinisikan bebas begitu saja. Merdeka ini harusnya menguatkan pencapaian (capaian pembelajaran lulusan ).
Selama ini proses pembelajaran tingkat perguruan tinggi sudah merdeka. Mahasiswa juga sudah ikut magang sebelum program merdeka belajar. MBKM harapan intinya setiap mahasiswa bisa belajar di tempat-tempat praktisi. Tapi kenyataannya ada tidak relevan dan tak sesuai program studinya,. sehingga tidak banyak berkontribusi pada capaian lulusan.” MBKM juga tidak bisa diimplementasikan begitu aja,” tutur Guru Besar Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung(ITB).
Prof Elfahmi menambahkan, prinsip MBKM inginnya mahasiswa siap bekerja setelah kuliah. Kenyataannya tidak dan ini perlu evaluasi, sehingga betul-betul berkontribusi terhadap peningkatan kualitas. ”Harus dipelajari,MBKM wajib perhatikan kesinambungan kurikulum,”ingat Wakil Dekan Akademik Sekolah Farmasi ITB
Solusi konkrit dari ASASI terhadap MBKM harus dievaluasi plus dan minus. ”Yang plus (baik) dilanjutkan dan minnus (tak) perlu kajian dan diperbaiki”. Ujar Prof Elfahmi.
Acara ini sebagai sarana formal memberikan masukkan dan membuat pendidikan lebih baik, berkualitas dan terjangkau, mudah diakses hingga bisa memberikan manfaat besar memperlihatkan amanah sebagai bagian masyarakat madani
Prof Elfahmi juga menjelaskan, ASASI merupakan organisasi para akademisi dan saintis Indonesia didirikan 1 Oktober 2005 bertekad untuk kontribusi membangun SDM akademisi dan saintis yang memiliki kredibilitas moral, integritas dan professional, membentuk masyarakat akademisi dan saintis menjadi pelopor perbaikan bangsa; serta membangun iklim budaya mutu dalam pendidikan di Indonesia.
Sependapat dengan Prof Elfahmi, Rektor Universitas Yarsi, Prof. Dr.Fasli Jalal, Ph.D (Prof Fasli) turut jadi salah satu pembicara mengutarakan beberapa usulan konstruktif.
Terhadap yang belum baik (tak efektif) di perbaiki, seperti MBKM dari sudut dana belum lah berhasil. ”Kemudian benarkah dana pendidikan di daerah sudah digunakan sesuai harapan,” tanya Prof Fasli
Kedepannya setiap kebijakan (regulasi) ditetapkan harus berbasis data, lalu diawali naskah akademik, dibahas para ahli, dan praktisi,membuka partisipasi publik untuk menerima masukkan. ”Barulah dibuat regulasi,harus terorkestra dan jangan dilanggar. ”Pada sektor pendidikan,jika dilanggar berbahaya sekali .dan lama bisa diperbaiki,” ,” cakap Prof Fasli.
Para akademisi pernah menyampaikan usul regulasi tetapi tidak didengar. Mulai sekarang para akademisi jangan sembunyikan diri lagi. Akademisi harus mulai merobah diri memberikan informasi benar. ” Jangan takut menyampaikan, apalagi sekarang banyak cara (media sosial).terang Wakil Menteri Pendidikan Nasional 2010.
Selanjutnya Prof Fasli memberikan beberapa masukan terhadap kebijakan pendidikan nasional di Era MBKM Diantaranya memastikan agar anggaran pendidikan nasional memang dipakai untuk sepenuhnya mendukung peningkatan akses semua warga masyarakat terhadap pendikan bermutu dan relevan.
Memperbaiki akuntabilitas di sektor pendidikan melalui peluncuran inisiatif kualitas pendidikan nasional, sebuah usaha bersama memperbaiki data tersedia mengenai pembiayaan pendidikan dan penggunaan sumber daya pendidikan untuk mempromosikan belanja pendidikan efektif dan efisien.
Lalu memperkuat koordinasi dengan pemerintah daerah dan kapasitas mereka dalam menerapkan kebijakan pendidikan melalui penjaminan kapasitas keuangan minimum untuk menerapkan kebijakan pendidikan.
Prof Fasli mengingatkan, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia dengan delapan potensi.
Pertama,beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kedua berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif , mandiri dan kedelapan menjadi warga negara demokratis serta bertanggung jawab. Lima dari delapan potensi peserta didik ingin dikembangkan lebih dekat dengan karakter,
”Kelima potensi itu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara demokratis serta bertanggung jawab,”terang Rektor Universitas Yarsi,
Diakhir seminar, digelar pula pelantikan pengurus Asosiasi Akademisi dan Saintis Indonesia (ASASI) Jakarta Raya , Ketua Asasi Jakarta Raya , Prof.Dr. Dra.Dumillah Ayuningtias, MARS. (Prof Dumila)
Prof Dumila mengatakan, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan. Kemudian pengendalian diri, kepribadian , kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan diperlukan dirinya, masyarakat , bangsa dan negara.
ASASI ingin berkontribusi terhadap perkembangan indonesia termasuk meraih Indonesia emas. Tentunya dilakukan bersama komponen masyarakat lainnya. Dengan segala kepakaran yang dimiliki ingin menyumbangkan keilmuannya mencapai Indonesia Emas. Menjujung tinggi nilai-nilai , etika moral, nilai kebaikan, sehingga kemajuan indonesia diredhoi Allah SWT (usman)