Shalat bagian dari Rukun Islam. Gerakan ibadah shalat sudah diatur dengan gerakan benar. Setiap gerakan shalat memiliki waktu seimbang , disebut tuma’ninah. Namun bagi beberapa orang, gerakan-gerakan shalat banyak dilakukan dengan cara tidak benar. Karena baru shalat atau belajar shalat dengan cara tidak tepat.
Melihat masalah itu, dilakukan penelitian teknologi, mengimplementasi model Artificial Intelligence (AI) untuk mengevaluasi gerakan atau postur shalat. Penelitian dengan responden para ahli, guru cendikiawan muslim sehingga lahir panduan apakah sudah benar atau belum gerakan shalat.
“Jadi AI bisa membantu mengetahui benar atau salahnya gerakan shalat,” ujar Sekretaris Program Studi Teknologi Informatika Universitas Yarsi, Muhamad Fathurahman,S.Kom,M.Kom saat tampil NGISI (Ngaji Integrasi Sains dan Islam) Universitas Yarsi, tadi pagi
Selanjut dosen Universitas Yarsi menjelaskan, AI atau Kecerdasan buatan salah satu cara membantu. Karena sifatnya hanya membantu, tetap yang menjadi kecerdasan maksimal manusianya ( ustad dan kyai ).
AI merupakan kemampuan program komputer atau mesin untuk berpikir dan belajar. Ini juga merupakan bidang studi mencoba membuat komputer pintar.
Konsep cara membuat komputer menjadi pintar berupa kemampuan meniru kognitif kecerdasan manusia, bisa membantu digunakan berbagai kegiatan kehidupan manusia.Namun pendekatan maksimalnya kecerdasan itu tidak bisa 100 persen seperti manusia
Alumnus Pascasarjana Universitas Indonesia (UI) bercerita, dalam bidang kesehatan, komputer pintar (AI) bisa membantu dokter ,menganalisas dan mendiagnosa pasien.
Jika dalam dua jam praktek seorang dokter bisa menolong maksimal 12 pasien. Menggunakan AI, seorang dokter bisa jadi menolong 20 pasien. “AI bisa juga digunakan kegiatan lainnya bidang kesehatan” ucap Dosen Pemrograman Mobile Universitas Yarsi
Begitu pula bidang ekonomi, AI bisa memprediksi suatu harga produk makanan dengan cepat tidak banyak menggunakan sumber daya manusia, lebih efisien dan efektif
Terkait kegiatan Umat Islam di Indonesia, Fathurahman mengatakan, kehadiran AI banyak membantu. Seperti membuat sistem fatwa berbasis AI, menjawab masalah shalat, haji, pelabelan halal atau haram suatu produk makanan dan minuman.
Kemudian pemanfaatan teknik kategorisasi teks untuk menentukan derajat interelasi (keterkaitan) antara Alquran dan Hadist secara otomatis.
Sedangkan aplikasi Qur’an menggunakan pendekatan AI berguna mendeteksi kesalahan pelafalan ayat dari user ketika membaca alquran (Speech Recognition),mendeteksi ayat terlewat ketika dibaca oleh user. “Sistem AI juga bisa untuk mendeteksi pemikiran radikal,”tutur Dosen Penambangan Data Universitas Yarsi
Menurut Dosen Fathurahman, kehadiran AI sudah dapat memberikan kontribusi besar terhadap dunia Islam terutama dakwah Islam.
Sayangnya, kini dibalik banyaknya nilai positif bermanfaat bagi masyarakat, kehadiran AI oleh segelintir oknum dibuat untuk merugikan orang. Contoh salah satu diantara kerisauan dibidang AI, disalahgunakan mengganti wajah seorang dan semakin sulit membedakan palsu dengan aslinya.
Dengan kondisi yang sudah mulai terjadi ,Jebolan Master Komputer UI menyatakan, Umat Islam perlu mengantisipasi penggunaan AI berpotensi digunakan untuk propaganda dan merugikan orang.. Perkembangan AI harus diiringi kesadaran nilai-nilai agama dan sosial .AI harus ada etika,software dibuat tidak boleh negatif. “
Literasi sangat penting, AI digunakan untuk kegiatan bermanfaat bukan merugikan. “ Alias amar makruf nahi mungkar “tutup Fathurahman
NGISI merupakan acara rutin mingguan Universitas Yarsi . meski dilakukan secara virtual peminatnya tidak kalah banyaak dengan tatap muka.