26 April 2025 ini Universitas YARSI kembali melakukan wisuda Sarjana dan Pascasarjana untuk semester ganjil tahun 2024/2025 ini. Seluruhnya ada 416 yang diwisuda hari ini, terdiri dari 337 Sarjana dan 79 Pascasarjana. Angka lulusan Pascasarjana ini meningkat lebih dari tujuh kali bila dibanding tahun 2021 ketika saya mulai ikut bergabung, yang ketika itu lulusannya adalah 11 orang. Tentu makin meningkatnya jumlah mahasiswa dan lulusan ini membuat Sekolah Pascasarjana (SPS) harus terus meningkatkan kinerjanya, apalagi dalam beberapa bulan ini SPS baru saja menyelesaikan 7 akreditasi secara berturut-turut, baik nasional maupun intenasional.
Dari 79 lulusan Pascasarjana kali ini, maka 20 orang adalah Magister Manajemen, 27 Magister Kenotariatan, 6 Magister Biomedik dan 26 Magister Administrasi Rumah Sakit. Dalam waktu tidak terlalu lama lagi diharapkan juga akan ada lulusan program studi Doktor Biomedik dan SPS Universitas YARSI ini. Program Studi juga akan diperluas dengan rencana pendirian Magister Hukum Kesehatan dan Magister Akuntansi.
Orasi ilmiah wisuda kali ini disampaikan oleh Prof Stella Christie, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.
Prof Stella menyampaikan tentang tugas utama dalam hal ekosistem sain dan teknologi di negara kita.
Prof Stella kemudian membahas dua hal yang sering dipikirkan komunitas Perguruan Tinggi (PT), yaitu Ekonomi dan Artificial Intelligence.
Untuk yang ekonomi maka disampaikan kaitan antara lapangan pekerjaan dengan ketersediaan dan kemampuan lulusan PT, dan ditekankan bahwa yang utama dan awalnya adalah “manusia” nya. Disebutkan ada dua aspek penting pembentukan SDM, yaitu “research mindset” dan “specialized and adaptable workforce”.
Untuk yang Artificial Intelligence, maka
ditekankan tentang bagaimana agar profesi para lulusan tidak diganti oleh AI, atau tegasnya bagaimana pendidikan yang harus dilakukan di era AI. Ada 3 jawabannya. Pertama, “literasi AI” secara lengkap dengan pemahaman sistem algoritme data, termasuk sumber datanya, dan secara kritis menganalisanya. Ke dua, kemampuan membuat keputusan dan pengecualian, dan ke tiga pentingnya pengertian pemikiran manusia, dimana kita masih harus menjamin “aspek manusia” dalam setiap kegiatan kehidupan.
Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI
Adjunct Professor Griffith University Australia