Pada 26 Agustus 2024 kemarin saya membawakan Orasi Ilmiah pada wisuda Akademi Keperawatan Akper Yaspen Jakarta. Saya ucapkan selamat kepada para lulusan baru, dengan pesan bahwa mereka harus siap untuk menghadapi tantangan kesehatan di lapangan.
Satu tantangan kesehatan penting adalah terjadinya Antimicrobial Resistance atau AMR. Saya sampaikan bahwa antibiotika yang pertama kali ditemukan di muka bumi adalah Penisilin, yang ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1929. Ia kemudian mendapatkan hadiah Nobel pada Desember tahun 1945 untuk temuan penisilin ini. Nah, di tahun 1945 -beberapa bulan sesudah Indonesia merdeka- itu maka Alexander Fleming sudah menyatakan bahwa diperkirakan nanti akan ada waktunya dimana penisilin (antibiotika) ini dibeli masyarakat secara bebas. Akibatnya, seseorang dapat saja makan obat antibiotika dalam dosis yang tidak mencukupi sehingga dosisnya tidak cukup kuat untuk membunuh mikroba, dan akhirnya membuat mikroba jadi kebal dan tidak dapat dibunuh oleh antibiotika. “Penerawangan” Alexander Fleming 79 tahun yang lalu itu kini -dan sudah agak lama- memang sudah terjadi. Cukup banyak masyarakat kita yang kini makan antibiotika tidak sesuai dengan anjuran dokter dan petugas kesehatan, sehingga resistensi akan dapat terjadi.
Di sisi lain, pada kenyataannya antibiotika juga dikonsumsi hewan peliharaan. Malah konsumsi di hewan secara keseluruhan lebih banyak daripada di manusia karena pada sebagian keadaan maka antibiotika diberikan pada hewan sebagai pemacu pertumbuhan (“growth promotor”). Nah kalau hewannya di makan manusia maka kita secara tidak langsung akan termakan antibiotika juga yang ada dalam daging hewan itu. Itulah sebabnya maka untuk menangani AMR maka bukan hanya perlu kesehatan manusia, tetapi juga kesehatan hewan, dan kesehatan lingkungan yang namannya pendekatan One Health.
Sehari sesudah bicara di Akper Yaspen maka keeseokan harinya di tanggal 27 Agustus 2024 hari ini saya menyampaikan presentasi pada acara Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) , juga tentang topik One Health yang kali ini dalam kaitannya dengan riset.
Ada tiga ruang lingkup penelitian yang saya bahas. Pertama adalah “Framework for One Health reserach”, kedua tentang “Research Priorities on One Health : a Bibliometric Analysis” dan yang ke tiga “Future direction for One Health Research”.
Kemudian saya sampaikan tentang “6 action track” pengendalian One Health yang saya bahas lebih dalam tiga diantaranya, yaitu AMR, pengendalian penyakit menular (termasuk penyakit menukar terabaikan yang masih juga ada di negara kita) dan antisipasi pandemi mendatang. Tiga hal ini patut jadi prioritas kajian riset kita.
Saya tegaskan juga bahwa riset tentang One Health harusnya merupakan salah satu agenda penting dari BRIN. Apalagi ketika Indonesia memegang Keketuaan ASEAN maka berhasil diluncurkan “ASEAN Leader Decaration on One Health Initiative”, yang didalamnya ditegaskan perlunya pengebangan riset di bidang ini.
AMR dan One Health merupakan dua masalah kesehatan amat penting. Harus diakui bahwa pemahaman dan kesadaran masyarakat dan penentu kebijakan publik masih harus terus ditingkatkan dan diaktifkan, antara lain dengan peran aktif media massa.
Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI