Mengajar ngaji Alquran, tidak mengharapkan imbalan apa pun. Melihat anak-anak didiknya dapat mengaji dengan baik, sudah merasa senang.
Selain mengajar ngaji, Alya mengenalkan juga budaya Minang. Keluarga Alya sendiri merupakan asli Minangkabau, Sumatera Barat
Alya Sarah Lawindo demikian nama lengkap gadis keturunan Minangkabau , cerita pada Seminar Tokoh Milenial Minang Amerika Serikat di Universitas Yarsi,Jakarta kemarin.
Kegiatan Alya di Yarsi silaturahim kepada generasi milenial, mahasiswa yarsi ,membagi pengalaman dan mengisi liburan kuliah diprakarsai Universitas Yarsi dan Minang Diaspora Network-Global
Alya Sarah Lawindo lahir dan besar di Washington DC, America Serikat(AS). Alya kini berusia 21 tahun merupakan buah hati pasangan perantau asal Sumatera Barat, Muhammad Afdal dari Kabupaten Agam dan Nani dari Nagari Tanah Datar.
Lebih lanjut Alya menjelaskan, mengajar ngaji dilakukannya setiap pekan untuk anak-anak sekolah dasar di AS lewat Indonesian Moslem Assosation In Amerika (IMAAM) Madrasah Sunday School.
Muslimah cantik asal Indonesia ini terinspirasi dari ibunya mengajar mengaji di kalangan komunitas muslim di Amerika serikat. “Di Amerika Alya aktif dalam organisasi IMAAM ,” ujarnya
Selain mengajar ngaji dan belajar mengaji, mahasiswi S-1 Hubungan Internasional di American University, Washington DC.juga mengenalkan adat budaya Minang bersama keluarganya lewat berbagai festival, bahkan mengisi acara di Kedutaan Besar Indonesia di Washington DC. Ditambah kedua orang tua mendirikan kelompok Rumah Gadang AS.
“Bapak ibunya mengajari anak-anak bahasa daerah dan seni agar adat-istiadat tidak luntur meski jauh dirantau,” ucap Alya
Aktifitas sosial budaya dilakukan dengan belajar dan mengajar seni budaya termasuk randai. Untuk kegiatan masyarakat Minang, Alya aktif di organisasi Minang In Amerika , menggaet generasi Minang lahir dan besar di Amerika.
Di Amerika Alya tampil sehari-hari dengan busana Muslimah dan berjilbab, Alhamdulillah aman dan tak diganggu. Berkomunikasi dengan teman menggunakan Bahasa Inggris. “ Jika sudah di rumah menggunakan Bahasa Indonesia dan Minang,” serunya..
Mahasiswi American University menyatakan, berkat perhatiannya terhadap adat-istiadat dan agama Islam,tahun 2019 menerima penghargaan sebagai relawan muda dari Imaam) Center, organisasi yang mengelola madrasah di Amerika.
Kedepannya rencana Alya terus belajar bisa menjadi Bundo Kandung, berkarya dan dihormati karena ahklak dan prestasi serta ingin meneruskan pendidikan master, bidang sosial control antrolologi, fokus pada gender, sosial, hak asasi manusia internasional dan global
Gadis yang hobi travel pesan kepada mahasiswa Yarsi dan generasi muda harus bisa menjaga identitas sebagai muslim. Sebagai orang minang diperantauan dan dimanapun berada banggalah jadi orang minang. Belajar terus, termasuk adat istiadat, pelajari orang -orang dan orang minang yang sukses
Bagi mahasiswa Yarsi mau keluar negeri Insya Allah bisa, asal terus semangat, cari beasiswa dan peluangnya ada,” ucap gadis yang mau bekerja di Indonesia bila ada kesempatan.
“Siapapun termasuk mahasiswa Yarsi bisa Sukses, jika istiqomah jalan tuntunan ajaran Islam”tutup Alya
Acara Alya di Yarsi luar biasa, moderatornya, langsung Rektor Universitas Yarsi, Prof.dr.Fasli Jalal, Ph.D.
Prof Fasli mengatakan, aktivitas dilakoni Alya di Amerika Serikat tentunya mendatangkan decak kagum dan apresiasi dari banyak pihak
Rektor Universitas Yarsi mengaku bangga kepada sosok Alya. Meski jauh dari Indonesia dan Minangkabau, Alya sangat gigih mensyiarkan agama dan adat istiadat. Menurutnya, semangat ini diharapkan juga muncul dari generasi muda termasuk perantau Minang dimanapun berdomisili.
Saya bangga pada kegigihan Alya. “Ini tentu tidak terlepas pengaruh kedua orang tua memang sangat cinta dengan Islam, pendidikan dan budaya Minang,” seru Prof Fasli
“Semoga Alya istiqomah jalan ajaran dan pendidikan Islam dan konsisten memperkenalkan budaya Minang” harap Wakil Menteri Pendidikan Nasional tahun 2010
Selanjutnya acara ini mempunyai nilai moral kepada keluarga dan anak.Jika anak di didik sungguh-sungguh bidang agama dan pendidikan oleh keluarga, Insya Allah bisa terwujud. Tentunya harus punya kesadaran dan konsistensi, serta jangan lupa anak-anaknya dibuat nyaman
Setidaknya ada empat hal disampaikan dalam seminar ini yakni pendidikan, kepemudaan, keislaman dan kebudayaan ( Usman)